Dayu Laras Wening dan Luthfia Adila, dua siswi tersebut, mendapatkan penghargaan karena berhasil menciptakan perangkat sederhana namun berguna bernama Sibodec, stick of borax detector.
Lewat perangkat serupa tusuk gigi itu, Dayu dan Luthfia berupaya menyelesaikan masalah yang selalu dihadapi masyarakat, yaitu kesulitan memilih makanan enak bebas bahan kimia berbahaya seperti boraks.
Selama ini, deteksi boraks dalam makanan tak pernah praktis dan efektif. Sampel makanan harus diambil terlebih dahulu dan dikirim ke laboratorium. Hasil analisis baru didapatkan berjam-jam atau bahkan berhari-hari kemudian.
Dengan Sibodec, analisis kandungan boraks pada makanan sangat mudah, hanya memakan waktu sekitar 5 detik. Publik hanya perlu menusuk makanan dengan Sibodec dan melihat perubahan warna tusuk gigi itu.
"Kalau warna berubah menjadi oranye, maka makanan itu mengandung boraks," ungkap Luthfia. Sibodec telah dilengkapi dengan bahan kimia yang masih dirahasiakan. Bahan hanya sensitif terhadap boraks sehingga perubahan warna memang menunjukkan adanya senyawa itu.
IEYI yang berlangsung kali ini merupakan yang ke-10. Ajang ini diselenggarakan setiap tahun, diikuti oleh berbagai negara dari Malaysia hingga Mesir. Kali ini, tuan rumahnya adalah Indonesia dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai penyelenggara.
Dalam ajang kali ini, Indonesia menyabet 2 emas, 5 perak, dan 11 perunggu. Siswa Indonesia lain yang mendapatkan emas adalah Naufal Rasendriya Apta dan Archel Valiano daro SMP Al Azhar 26 Yogyakarta lewat inovasinya Sign Lamp Helmet Automatically.