Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jokowi Presiden Ke-7 RI" Itu Eror

Kompas.com - 20/10/2014, 18:19 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Ujaran "Jokowi Presiden ke-7" dinilai eror. Demikian dikatakan dosen Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB), Hendra Gunawan.

Pernyataan Hendra tak berhubungan dengan sikap politiknya. Dia bukan bagian dari Jokowi haters. Dia hanya mengatakan bahwa pemilihan kalimat "Jokowi Presiden ke-7" tidak tepat.

"Menurut saya, istilah 'Presiden ke-7 RI' itu eror," demikian kicaunya lewat Twitter, Senin (20/10/2014).

Menurut Hendra, pemilihan ujaran itu perlu dipertimbangkan lagi. Ujaran tersebut pun tidak salah total, tetapi harus melihat cara pencatatannya, apakah menurut orang atau periodenya.

"Kalau pakai istilah Presiden ke-7, pemilu yang akan datang memilih presiden keberapa? Kalau Anda jawab ke-8, berarti orangnya harus beda dong? Padahal, bisa sama," imbuhnya.

Menurut Hendra, urutan presiden tidak dihitung dari urutan individu yang menjabatnya, tetapi dari urutan pemilu yang diselenggarakan untuk memilih sang presiden itu.

"Yang benar, (Jokowi) adalah orang ke-7 yang menjadi Presiden RI. Jokowi menjadi Presiden ke-16!" tulis Hendra.

Presiden pertama dan kedua adalah Soekarno, sementara Presiden ke-3 hingga ke-10 adalah Soeharto.

Habibie menjadi Presiden ke-11. Gus Dur menjadi Presiden ke-12. Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden ke-13. Sementara itu, Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden ke-14 dan ke-15.

Menurut Hendra, jika kita menyebut Jokowi sebagai Presiden ke-7, maka penyebutan urutan presiden di Israel bisa membingungkan karena satu orang bisa dua kali menjabat, tetapi tak berurutan.

Sebagai contoh, Yitzhak Rabin menjabat sebagai Perdana Menteri Israel pada 1974-1977 dan 1992-1995. Sementara itu, Benjamin Netanyahu menjabat sebagai Perdana Menteri Israel dari 1996-1999 dan 2009 hingga saat ini.

Meski demikian, secara bercanda, Hendra mengatakan, "Kalau menurut numerolog, presiden ke-7 atau ke-16 sama saja karena 1 + 6 = 7."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com