Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basmi Hama Singkong, IPB Lepaskan 2.000 Tawon

Kompas.com - 24/09/2014, 17:25 WIB
Risky Wulandari

Penulis


KOMPAS.com - Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan International Center for Tropical Agriculture (CIAT) dan Food and Agriculture Organization (FAO) melepaskan tawon spesies Anagyrus lopezi untuk mencegah penyebaran hama kutu putih (Phenacoccus manihot).

Pelepasan yang dilakukan kali ini masih dalam tahap uji lapangan. Artinya, pelepasan dilakukan di lingkungan tertutup. Jumlah tawon yang dilepaskan 2.000. Pelepasan dilakukan di Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Bogor.

Dari uji lapangan, akan dilihat keefektifan tawon mengurangi serangan hama kutu putih. Bila terbukti efektif dan mendapatkan izin dari Kementerian Pertanian, tawon akan dilepaskan ke sejumlah daerah.

Kutu putih adalah hama paling berbahaya pada tanaman singkong. Hama itu dilaporkan mampu menurunkan produksi singkong hingga 84 persen. Diduga, hama ini berasal dari Amerika Selatan, tempat asal tanaman singkong.

Serangan kutu putih di Asia dilaporkan pertama kali di Thailand pada tahun 2008. Sejak saat itu, hama menyebar ke Myanmar, Kamboja, Laos, hingga China. Baru-baru ini, kutu putih ditemukan di tanaman singkong di Lampung dan sejumlah wilayah di Jawa.

Aunu Rauf, ahli serangga pertanian dari IPB mengatakan, pelepasan tawon untuk menumpas kutu putih ini penting. Indonesia adalah salah satu produsen singkong terbesar di dunia. Ada satu juta hektar lahan di Indonesia yang ditanami singkong. Kalau hama tak diatasi, kerugian bakal besar.

“Singkong telah mendukung jutaan petani skala kecil di Indonesia dan telah menikmati periode yang relatif bebas dari ancaman hama," kata Aunu dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu hari ini.

"Tapi, kini ada hama. Kami harus mengambil tindakan cepat yang ramah lingkungan untuk melindungi mata pencaharian petani singkong, dan menjaga keamanan pangan Indonesia," imbuh Aunu.

Efektivitas tawon untuk membasmi kutu putih telah terbukti. Tahun 1980-an, pelepasan tawon bisa mendukung jutaan petani di sub Sahara Afrika dan menyelamatkan pertanian singkong yang  telah merugi hingga 20 miliar Dollar AS.

Secara ilmiah, begitu dilepaskan, tawon akan tumbuh dan berkembang biak. Tawon akan meletakkan telurnya pada larva kutu putih. Begitu menetas, tawon akan memakan larva itu dari dalam. Proses ini membantu menekan populasi larva.

Aunu menambahkan, "Tawon ini tak merugikan manusia, hewan atau serangga lain, dan hanya memakan kutu putih. Metode kontrol biologis ini lebih baik daripada membasmi dengan pestisida yang bisa mengakibatkan dampak lingkungan serius dan berbiaya besar."

Jan Willem Ketelaar dari FAO mengatakan bahwa ancaman kutu putih adalah bukti bahwa penyebaran spesies invasif merugikan. Spesies invasif terbukti mengakibatkan kerugian miliaran dollar AS dalam pertanian maupun manajemennya.

Rangaswamy Muniappan dari Integrated Pest Management Innovation Lab, Virginia Tech menyatakan, petani dan peneliti perlu bekerjasama untuk merespon ancaman kutu putih serta ancaman lain di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau