Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia "Drone" Garuda, Tawaran untuk Jokowi-JK

Kompas.com - 02/09/2014, 13:03 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Beragam rencana dari presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi-JK mendapat tanggapan. Salah satunya adalah gagasan penggunaan drone untuk pemantauan wilayah dan mendukung pertahanan.

Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, perekayasa UAV dari Josaphat Laboratory, Center for Environmental Remote Sensing, Chiba University, menawarkan drone khusus untuk mendukung visi Jokowi-JK. Drone itu dinamai Indonesian Sky Scanner Drone Garuda.

Lewat surat elektronik kepada Kompas.com, Senin (1/9/2014), Josaphat menguraikan, drone yang dikembangkannya merupakan perangkatpaling maju untuk saat ini. Bekerja di stratosfer, drone itu bisa terbang pada ketinggian 13-20 kilometer dan berfungsi sebagai drone sekaligus satelit.

Drone Garuda bisa dipasangi beragam sensor, yakni synthetic aperture radar (SAR), hyperspectral dan temperature camera, high resolution dan high vision camera, serta lainnya yang mendukung penginderaan jarak jauh.

Tak cuma itu, teleskop pun bisa dipasang di drone ini. Ke depan, teleskop bisa berguna untuk mengamati fase-fase Bulan. Fungsi tersebut bisa mendukung pengamatan hilal dalam menetapkan awal Ramadhan dan Lebaran.

Memiliki drone Garuda, Indonesia juga bisa turut melakukan pengembangan sesuai kebutuhannya, misalnya untuk pengembangan material, sensor, pengujian dan pengoperasian, sistem autopilot, serta sistem navigasi.

Sistem navigasi harus dikembangkan sendiri, tidak bisa memakai perangkat umum, seperti GPS. Pasalnya, drone ini bisa beroperasi di wilayah dengan ketinggian 18 km sehingga tidak memungkinkan jika memakai GPS.

Jenis sensor yang bisa dikembangkan adalah yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan Indonesia. Misalnya untuk mengetahui penebangan liar, kebakaran hutan, dan relay telekomunikasi untuk daerah terpencil.

Proses pengembangan bisa melibatkan sejumlah lembaga penelitian dan universitas. Bila produksi massal berlangsung, maka proses pengembangan drone ini dapat menyediakan lapangan kerja.

Secara umum tentang drone stratosfer ini, Josh mengatakan, "Ini merupakan teknologi pertama di dunia sehingga, bila Indonesia mempunyai, maka kita menjadi pemimpin di dunia dalam membuat terobosan pemanfaatan ruang udara, bahkan ruang angkasa di atas negeri kita sendiri."

Josaphat Tetuko Sri Sumantyo Ilustrasi pemasangan drone Garuda di wilayah Indonesia.

Jumlah drone Garuda yang dibutuhkan akan sesuai dengan target Jokowi-JK. Jika hanya ingin memantau daerah perbatasan yang kritis, seperti daerah yang berbatasan dengan Malaysia, Papua Niugini, dan Australia, maka hal itu membutuhkan 6 drone Garuda.

"Akan tetapi, bila ingin seluruh Indonesia, maka perlu kira-kira 15 unit yang dapat dipasang di tiap-tiap komando sektor TNI AU dan lainnya," urai Josh.

Harga satu drone sekitar Rp 10 miliar dan belum termasuk sensor. Adapun sensor yang dipasang minimal adalah sensor optik dan SAR yang tembus awan. Dengan kelengkapan ini, harganya menjadi Rp 10 miliar-Rp 15 miliar. Bila Indonesia bisa mengembangkan sendiri, maka biayanya akan lebih murah.

Semua perangkat drone dan sensor yang dikembangkan harus punya spesifikasi ruang angkasa, antara lain harus tahan dan dapat beroperasi pada suhu -60 hingga 100 derajat celsius, tahan terhadap radiasi ruang angkasa, dan tahan di lingkungan yang mendekati hampa udara.


 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau