Hal itu mengemuka dalam pertemuan kelompok ahli bertema "Peran Iptek dalam Pembangunan Maritim" yang diselenggarakan di Universitas Surya, Jumat (29/8/2014).
Dalam diskusi, Son Diamar, mantan Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Maritim dan Tata Ruang, Deputi V UP4B, mengatakan, potensi energi laut Indonesia sangat besar.
"Baling-baling ditenggelamkan di laut saja bisa jadi listrik, bisa menerangi se-Asia Tenggara," kata Son Diamar.
Son menggambarkan bahwa arus laut Indonesia yang merupakan pertemuan Pasifik dan Hindia merupakan sumber daya energi terbarukan yang sangat potensial.
Dwi Susanto dari Pusat Riset dan Pendidikan Universitas Surya mengungkapkan, energi dari arus bukanlah satu-satunya. Energi pasang surut pun bisa dimanfaatkan.
Dwi yang juga mengajar di Departemen Atmosfer dan Kelautan Universitas Maryland, Amerika Serikat, mengatakan telah meneliti sejumlah selat di Indonesia.
"Energi pasang surut di selat-selat sempit itu besar, bisa dimanfaatkan sebagai energi listrik," ungkapnya.
Contohnya adalah selat pemisah Nusa Ceningan dengan Nusa Penida serta Selat Alas yang memisahkan Lombok dengan Sumbawa.
Berdasarkan riset Dwi, energi listrik yang bisa dibangkitkan pada satu tempat bisa mencapai 1 gigawatt.
Son dan Dwi menuturkan, pembangunan Indonesia sebagai poros maritim perlu memperhatikan potensi energi di lautan.
Dwi mengatakan, selama ini, ketika suatu energi terbarukan diusulkan untuk digunakan, yang selalu dipertanyakan adalah harga listrik yang bisa dijual.
Menurut dia, pemerintah perlu memberi keberpihakan pada energi terbarukan agar bisa dikembangkan.