Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Material Inovatif Bantu Produksi Uap dengan Sinar Matahari

Kompas.com - 22/07/2014, 23:04 WIB
Risky Wulandari

Penulis


KOMPAS.com - Peneliti Massachusetts Institute of Technology mengembangkan material baru yang bisa memanen sinar Matahari dan memanfaatkannya untuk mengubah air menjadi uap. Material ini merupakan terobosan dalam pemanfaatan tenaga surya.

Hadi Ghasemi, sang peneliti, mengembangkan material yang tersusun atas lapisan grafit dan busa karbon. Ketika akan digunakan, material yang berpori ini ditaruh di atas permukaan air yang terpapar sinar Matahari langsung.

Kala terkena sinar matahari, grafit pun memanas. Hal ini menyebabkan perbedaan tekanan dalam sistem, dan air ditarik lewat bahan berpori untuk diuapkan pada permukaan. Uap hasil proses itu bisa digunakan untuk berbagai tujuan.

“Uap penting untuk menghilangkan kadar garam berlebih dalam air, kebersihan dan sterilisasi, terutama di daerah-daerah terpencil, di mana matahari ialah satu-satunya sumber energi. Jika uap dapat dihasilkan dengan energi Matahari, tentu ini sangat berguna.”” kata Ghasemi.

Material yang dikembangkan Ghasemi mampu menyerap 85 persen dari sinar Matahari. Karena tersusun atas busa yang bersifat isolator atau buruk dalam menghantarkan panas, panas dari Matahari yang diserap bisa dipertahankan. Ini membuat efektifitas material ini tinggi.

Ghasemi mengungkapkan, material ini dibuat dengan bahan-bahan murah. Dengan demikian, bila digunakan dalam skala besar, biaya yang dibutuhkan pun sedikit. Selain itu, instalasinya pun mudah, tidak rumit.

Walau sederhana, material Ghasemi terbilang tepat guna. Pendekatan lain untuk meningkatkan efektifitas menghasilkan uap dari sinar Matahari adalah nanofluida. Dengan cara itu, butuh intensitas sinar Matahari 1.000 kali dari rata-rata harian. Dengan material Ghasemi, cuma butuh 10 kali.

"Material ini memberikan manfaat besar dalam mengurangi biaya produksi. Ini menarik karena kami telah datang dengan pendekatan baru untuk generasi uap surya,” terang Ghasemi seperti dikutip MIT News, Senin (21/7/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com