Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mari Terbang ke Atas Situs Megalitikum Gunung Padang

Kompas.com - 06/06/2014, 19:57 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

Batu tersebut bila dipukul dengan batu lain akan menghasilkan nada tertentu. Oleh karena itu, ada keyakinan bahwa batu itu dipakai seperti alat musik atau setidaknya sebagai alat serupa ketungan untuk mengumpulkan orang.

Harry mengatakan, "itu mungkin saja."

Meskipun demikian, Lutfi Yondri, arkeolog dari Balai Arkeologi Bandung mengatakan bahwa istilah batu gamelan tersebut baru dikenal akhir-akhir ini dan bukan muncul dari hasil penelitian arkeologi. "Tahun 80-an belum dikenal ada batu gamelan itu," katanya.

Ia tidak yakin batu yang bisa menghasilkan nada itu berfungsi sebagai batu gamelan.

Di samping itu, masyarakat kebudayaan megalitikum yang membangun situs Gunung Padang diyakini belum mengenal alat musik.


Foto lain menunjukkan tempat yang disebut "Mahkota Dunia".

Mahkota Dunia berada di teras kedua. Antara teras pertama dan teras kedua dihubungkan oleh tangga dengan lima pagar. Namun, bila berkunjung ke Gunung padang, tangga yang tersusun atas batu itu tak boleh dilewati. Penunjung harus lewat jalur lain.

Lutfi mengatakan, istilah Mahkota Dunia sebelumnya juga tak dikenal.

"Memang sebelumnya dikenal ada leluhur yang berdiam di Gunung Padang bernama Hyang Kuta Dunia. Tapi istilah Mahkota Dunia itu tidak ada. Tidak tahu mengapa Hyang Kuta Dunia berubah menjadi Mahkota Dunia," kata lutfi.

Dari Mahkota Dunia, pengunjung bisa memandang gunung Gede Pangrango.

KOMPAS IMAGES / FIKRIA HIDAYAT - KRISTIANTO PURNOMO Susunan batu yang diduga digunakan sebagai tempat bermusyarawah.

Foto lain menunjukkan sebuah formasi batu berdiri yang melingkar.

Harry mengatakan, formasi batu tersebut dahulu digunakan untuk tempat bermusyarawah. "Masyarakat yang membangun situs itu memang sudah mengenal musyawarah," katanya saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu.

Lutfi Yondri, mengatakan, ada petunjuk bahwa ruangan itu digunakan untuk bermusyawarah.

"Tanda tempat digunakan bermusyawarah adalah adanya kursi-kursi batu. Ini tidak berbentuk kursi tetapi hanya batu-batu yang didirikan. orang-orang yang bermusyawarah duduk di batu tersebut," katanya.

KOMPAS IMAGES / FIKRIA HIDAYAT - KRISTIANTO PURNOMO Pengunjung duduk di formasi batu yang diyakini sebagai Singgasana Prabu Siliwangi.

Tempat lain yang ditunjukkan lewat video dan foto adalah apa yang diyakini sebagai Singgasana Prabu Siliwangi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com