Data Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) menunjukkan, dari 56 habitat, gajah dinyatakan punah sejak lima tahun terakhir di 13 lokasi dan berstatus kritis di 11 lokasi. Selain itu, populasi gajah di ambang kritis di 2 lokasi.
Ketua FKGI Krismanko Padang mengatakan, Jumat (11/4/2014), di Jambi, habisnya gajah dari habitatnya, antara lain, karena dibunuh atau mati karena tidak ada lagi sumber pangan setelah hutan beralih menjadi kebun dan permukiman. Kondisi ini terjadi di 6 lokasi habitat gajah di Riau, 3 lokasi di Sumatera Selatan, 2 lokasi di Jambi, serta masing-masing 1 lokasi di Bengkulu dan Sumatera Barat.
Lokasi populasi gajah yang dinyatakan kritis antara lain di Bukit Salero dan Gunung Raya yang berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatera Selatan. Di lokasi itu hanya ada empat gajah. Idealnya, populasi gajah sebanyak 30-60 ekor per habitat.
Di banyak wilayah lain, keberlangsungan hidup gajah sumatera juga mengkhawatirkan. Krismanko mencontohkan, ketika survei di ekosistem Bukit Tigapuluh, Jambi, tahun lalu, ia mendapati dua kelompok besar gajah berjumlah 90-an ekor. Namun, satu kelompok diketahui terpecah tahun ini, diduga akibat pembukaan areal perambahan di salah satu hutan. ”Sebagian anggota kawanan terganggu pembukaan hutan sehingga terpisah dari kelompoknya,” katanya.
Keberadaan gajah yang terpisah-pisah, ujar Krismanko, berbahaya bagi keberlanjutannya. ”Jika gajah dalam kelompok menyusut, misalnya hanya terdiri dari induk dan anak-anak, perkembangbiakannya akan jadi masalah. Akhirnya kelompok gajah ini bisa punah,” katanya.
Organisasi Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah menetapkan gajah sumatera ke dalam daftar merah (berstatus kritis). FKGI memperkirakan, populasi gajah sumatera tinggal 1.800 ekor, tersebar di Sumatera dan Kalimantan Utara.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Bambang Novianto menyatakan, gajah sumatera termasuk spesies satwa prioritas untuk diselamatkan. Pemerintah pusat menargetkan pertambahan populasi 3 persen pada gajah sumatera dan gajah kalimantan.
”Harus dilakukan penanganan konflik manusia-gajah secara cepat dan terpadu melibatkan semua pihak terkait. Kondisi gajah sumatera sangat kritis. Jambi adalah salah satu kantong terakhir gajah sumatera,” ujarnya.
Agusrizal dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi menyatakan, konsep penyelamatan gajah sumatera dapat dilakukan secara terpadu tanpa perlu merelokasi. Untuk menghubungkan antar- kelompok gajah, perlu dibuat koridor penghubung. ”Setiap perusahaan perkebunan memiliki rencana kerja usaha tahunan. Perusahaan berkewajiban mengalokasikan areal kebun untuk konservasi satwa. Alokasi area ini akan disesuaikan dengan data area distribusi gajah,” ujarnya.
Di sepanjang koridor akan disiapkan area pakan gajah. Kebun yang dilewati gajah diberi pengamanan pagar listrik. (ITA/KOMPAS CETAK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.