Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Sukses Melawan HIV dengan Mengedit Genom

Kompas.com - 06/03/2014, 17:50 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com - Peneliti dari Amerika Serikat berhasil melawan HIV dengan mengedit genom pasien pengidapnya sehingga mampu menumbuhkan resistensi terhadap virus tersebut.

Keberhasilan itu masih dalam skala riset klinis yang sangat awal. Makalah hasil penelitian dipublikasikan di The New England Journal of Medicine.

Edit genom adalah sebuah proses menyisipkan, mengganti, atau menghilangkan gen tertentu dari genom.

Proses edit genom dibantu dengan senyawa nuklease. Senyawa itu berperan memotong dan menyambung gen sehingga sering disebut gunting molekuler.

Dalam upaya mengatasi HIV dengan edit genom, peneliti menggunakan gunting molekuler bernama Zinc Finger Nuclease (ZFN).

Dengan gunting molekuler itu, peneliti berupaya memutasikan gen bernama CCR5, membuatnya tak berfungsi.

Pada manusia normal, CCR5 berfungsi menghasilkan protein yang justru membantu HIV menyerang kekebalan tubuh.

Carl June dan Pablo Tebas dari University of Pennsylvania di Philadelphia, menjaring 12 orang pengidap HIV dan telah mengonsumsi Anti Retroviral (ARV) sebagai obyek penelitian.

Kedua peneliti mengambil darah ke-12 orang itu, mengulturkan sel darahnya, serta memasukkan ZFN dalam kultur itu.

Hasil analisis genetik menunjukkan bahwa ZFN mampu mengubah gen CCR5 pada kultur sel darah sebanyak 25 persen.

Peneliti kemudian mentransfusikan sel darah dengan CCR5 termutasi ke dalam tubuh sukarelawan dan menganalisis jumlah virus dalam tubuh mereka. 6 dari 12 pasien telah stop minum ARV.

Hasil penelitian menunjukkan, jumlah virus pada 6 orang pengidap HIV itu sempat tak terdeteksi, kemudian kembali meningkat tetapi namun lebih pelan dari normalnya.

Berdasarkan hasil itu, peneliti menyimpulkan, adanya HIV memicu sel dengan CCR5 termutasi untuk memperbanyak diri hingga akhirnya menyulitkan HIV untuk menyerang kekebalan.

"Mereka menggunakan HIV untuk membantu memusnashkan dirinya sendiri," kata Paula Cannon dari University of Southern California di Los Angeles yang tak terlibat riset.

Tebas mengungkapkan, tujuan dari edit genom sebagai salah satu bentuk terapi gen ini adalah menghilangkan ketergantungan pengidap HIV terhadap ARV.

Tebas dan June gembira dengan hasil riset awal mereka. Mereka juga senang dengan pengamatan pada satu sukarelawan dimana jumlah virus tak meningkat selama 12 minggu walaupun tak minum ARV.

Analisis genetik mengungkap bahwa sukarelawan itu sudah punya satu kopi CCR 5 yang mutasi. "Alam telah melakukan setengah pekerjaan," kata Tebas seperti dikutip Nature, Rabu (5/3/2014).

Setelah menambahkan sel yang dimodifikasi dalam penelitian, lebih dari setengah sel T yang menjadi senjata kekebalan tubuh telah resisten dari HIV.

John Rossi, pakar biologi molekuler dari Beckman Research Institute of the City of Hope National Medical Center di California yang tak terlibat riset mengatakan, riset ini adalah terobosan.

"Ini adalah kemajuan besar pertama dalam terapi gen terkait HIV sejak yang ditunjukkan pada 'pasien Berlin' Timothy Brown yang bebas dari HIV," ungkapnya.

Brown awalnya adalah penderita HIV sekaligus leukimia. Ia kemudian menerima perawatan cangkok sumsum tulang belakang.

Beruntung, donor sel punca sumsum tulang belakangnya membawa gen CCR5 yang termutasi sehingga membuat Brown kemudian resisten dari HIV.

Riset June dan Tebas menawarkan keberhasilan seperti pada kasus Brown dengan cara yang lebih mungkin dilakukan dan lebih aman.

Perawatan dalam kasus Brown, jika diulang pada seluruh penderita HIV, sulit dilakukan dan berisiko tinggi.

Tujuan tahap riset June dan Tebas kali ini adalah menguji keamanan. Berdasarkan riset, disimpulkan bahwa edit genom aman.

Untuk meningkatkan efektifitas, June dan Tebas kini berencana melakukan riset lanjut. Salah satu caranya adalah meningkatkan persentase mutasi CCR5 dalam satu kultur sel.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com