Keju itu ditemukan bersama sebuah mumi di Gurun Taklamakan, China, dan telah diperkirakan umurnya oleh ilmuwan Max Planck Institute of Cell Biology and Genetics.
Menurut ilmuwan, keju pada mumi itu berasal dari masa 1615 SM, membuatnya dinobatkan sebagai keju tertua di dunia.
"Kita tak cuma menemukan keju tertua tetapi juga bukti langsung teknologi kuno yang mudah dan murah. Ini teknologi yang umum," kata Andrej Shevchenko yang terlibat penemuan seperti dikutip IBTimes, rabu (26/2/2014).
Keju tertua itu terawetkan bersama muminya di Small River Cemetery Number 5, pertama kali ditemukan oleh arkeolog Swedia pada tahun 1930-an.
Kuburan itu mencakup sejumlah manusia zaman perunggu yang dimakamkan di atas bukit pasir, di bawah obyek serupa perahu kayu.
Obyek serupa perahu kayu itu dilapisi dengan lapisan seperti kulit sapi, menciptakan kondisi vakum sehingga mengawetkan mayat di dalamnya.
Pengawetan mayat juga terbantu oleh kondisi gurun yang kering. Keju sendiri ikut terawetkan hingga ribuan tahun.
Memublikasikan hasil riset di Journal of Archaeological Science, peneliti awalnya menemukan remah-remah pada bagian leher dan dada mumi.
Setelah melakukan analisis protein dan lemak, peneliti mengetahui bahwa remah-remah itu adalah keju.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan