Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Dampak Cuaca di Wilayah Timur Indonesia

Kompas.com - 27/01/2014, 09:07 WIB

KOMPAS.com - Anomali bibit badai tropis di perairan timur Filipina terus bergerak ke timur, di utara Papua di Samudra Pasifik. Kondisi itu menimbulkan hujan deras pemicu banjir di Manado, Minahasa, dan wilayah lain di Sulawesi Utara. Kewaspadaan juga bagi wilayah lain di timur.

”Pengaruh bibit badai tropis di Samudra Hindia, meskipun kekuatannya jauh lebih besar, tetap kecil karena jarak dengan Manado cukup jauh. Anomali bibit badai tropis di timur Filipina yang memengaruhi gangguan cuaca hujan lebat di Sulawesi Utara,” kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Edvin Aldrian, Minggu (26/1/2014), di Jakarta.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bagus Cahyono, dari Manado, kemarin petang, menyatakan, hujan lebat di Manado masih berlangsung hingga kemarin sore. Berdasarkan informasi meteorologi, anomali bibit badai tropis di Samudra Pasifik menimbulkan gangguan cuaca.

”Cuaca di Manado pada siang hingga sore masih sering hujan lebat. Ketika berhenti, hanya 30 menit, lalu hujan lagi. Malam ini hujan reda,” kata Bagus.

Korban jiwa di Sulut sejak banjir bandang 15 Januari 2014 hingga sekarang ada 23 orang. Banjir bandang atau air bah, Sabtu (25/1), sekitar pukul 10.00 Wita) di muara sungai Desa Nameng, Siau Barat, Kabupaten Sitaro, Sulut, menghantam sebuah perahu. ”Hingga saat ini, jumlah korban dari penumpang perahu itu 2 orang meninggal, 27 orang belum ditemukan, dan 8 orang selamat,” kata Bagus.

Wilayah lain

Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG Kukuh Rubidiyanto mengatakan, kondisi iklim dan cuaca di wilayah Manado dan sekitarnya tak jauh beda dengan wilayah Maluku dan sekitarnya. Musim di wilayah itu berkebalikan dengan Jawa.

”Saat hujan lebat dan mengakibatkan banjir bandang di Sulut sebenarnya sudah masuk masa transisi menuju musim kemarau,” kata Kukuh.

Edvin Aldrian mengatakan, fenomena kolam panas di Samudra Hindia saat ini mengalami anomali. Wilayah perairan timur Filipina memang dikenal sebagai ”dapur” pembentukan badai tropis. Namun, kemungkinan pembentukannya pada Januari hanya 0,28 kali.

Hingga kemarin, berdasarkan analisis streamline atau pola arah arus angin BMKG, pusat tekanan rendah atau bibit badai tropis itu terus ke timur atau sebelah utara Papua. Dampak angin pusarannya yang berbelok ke timur bertemu dengan angin monsun Asia yang bergerak ke Australia.

Daerah pertemuan angin membentuk awan hujan di atas Sulawesi ke timur hingga Maluku dan Papua. Daerah pertemuan angin menimbulkan hujan.

Pola pembangunan

Terkait bencana hidrometeorologis, menurut peneliti pada Pusat Kajian Hukum Lingkungan Indonesia (ICEL), Yustisia Rahman, musim bencana saat ini bisa menjadi momentum mengedepankan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berbasis ekoregion. Konsep pembangunan mengusung semangat berkelanjutan itu tercapai jika setiap daerah administratif saling bekerja sama.

Para pemimpin daerah diharapkan melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup saling terintegrasi. ”Kesatuan perencanaan ini dijadikan pegangan dalam membuat rencana tata ruang kota atau pemberian izin pembangunan di daerah masing-masing,” ujarnya.

Faktanya, pembangunan berjalan sendiri-sendiri dibatasi administrasi. Banjir Jakarta cermin abainya pemimpin daerah atas kekhasan wilayah ekoregion. Pembangunan vila/resor yang tak terkendali di hulu Sungai Ciliwung yang ditandai maraknya alih fungsi hutan membuat kerusakan di hulu dan bencana di hilir. (NAW/ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com