Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem di Amerika, Fenomena Biasa, tetapi Jarang

Kompas.com - 09/01/2014, 15:22 WIB

Oleh Brigitta Isworo Laksmi

KOMPAS.com - Angin dingin membekukan yang sudah menghantam Amerika Serikat barat dan tengah telah memakan korban jiwa. Namun, seperti fenomena meteorologis umumnya, kejadian itu juga memiliki periode tertentu. Fenomena di Amerika diperkirakan berlalu pada pertengahan pekan ini.

Apa yang terjadi di Amerika Serikat saat ini sebenarnya peristiwa rutin. Salah satu fenomena meteorologi yang selalu berulang. Dan, fenomena meteorologi mempunyai kekhasan.

Di Amerika Serikat, yang muncul saat ini adalah fenomena pusaran (angin dingin) kutub atau polar vortex yang kini bergerak ke selatan dan timur. Saat ini juga terjadi badai dingin yang ditandai angin kencang dan hujan salju lebat. AS bisa mengalami suhu terendah hingga 40 derajat celsius di bawah nol dan salju setinggi 90 sentimeter!

Pada kondisi normal, meski terjadi polar vortex saat musim dingin di utara, suhu udara takkan di bawah nol derajat.

”Dinding” pertemuan

Menurut dosen meteorologi dari Departemen Meteorologi ITB, Zadrach Ledoufij Dupe, polar vortex adalah ”dinding” atau daerah pertemuan yang terbentuk akibat pertemuan massa udara amat dingin dari kutub utara dengan massa udara panas dari selatan.

”Bidang pertemuan antarkedua massa udara tersebut kami sebut front. Karena bentuk bumi bulat, ’dinding’ itu berkeliling melingkar. Itu yang disebut polar vortex,” jelasnya.

Polar vortex terkuat terjadi saat musim dingin karena perbedaan suhu antara massa udara dingin di kutub dan massa udara dingin dari ekuator lebih besar. ”Kalau musim panas menghilang,” ujar Zadrach.

Polar vortex terjadi, baik di kutub selatan maupun utara. Oleh karena es di kutub utara di atas air, massa udara di utara tak sedingin massa udara di kutub selatan.

”Polar vortex di kutub selatan tampak lebih tegas,” kata dosen pada Program Studi Meteorologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB tersebut.

Cakupan dari pusaran angin dingin dari kutub itu amat luas. Garis tengahnya bisa mencapai 620 mil atau 1.000 kilometer.

”Polar vortex ini seperti badai tropis. Memiliki mata,” kata Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Fadli Syamsudin.

”Jet stream”

Pada saat bersamaan dengan polar vortex di AS, muncul fenomena jet stream (aliran udara kencang) yang berkecepatan di atas 100 kilometer per jam. Sementara itu, terdapat juga jet stream di lintang yang lebih rendah dari polar vortex. Jet stream dan polar vortex selalu ada sepanjang tahun.

”Polar vortex dekat di daerah kutub, sedangkan jet stream berada di sekitar 60 derajat Lintang Utara (LU), di garis sekitar Alaska,” jelas Fadli.

Pada situasi normal, kondisi polar vortex lemah. Saat musim dingin, massa udara dingin di Arktik yang sudah lama terperangkap menjadi amat padat dan amat dingin. ”Polar vortex sudah matang, amat dingin dan padat,” ujarnya.

Pada musim dingin terjadi perbedaan temperatur yang lebih besar antara massa udara di kutub dan massa udara dari ekuator. Akibatnya, aliran jet stream pun menguat.

Pada bulan Januari, puncak musim dingin sudah terlewati. Pada saat itu, polar vortex melemah. Saat ini, secara bersamaan, menurut salah satu pimpinan ahli meteorologi dari WeatherBELL Analytics, Joe D’Aleo, sedang terjadi kolam hangat di perairan Teluk Alaska. Itu membawa konsekuensi berbeda.

Oleh karena lemah, tambah Fadli, udara dingin dari polar vortex menyebar ke selatan. Sementara jet stream pun terganggu akibat menghangatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik Timur dan Atlantik Barat.

Yang terjadi kemudian adalah desakan udara hangat dari permukaan laut yang menyebabkan aliran jet stream di beberapa bagian terdorong ke utara—sehingga bentuk jalur jet stream pun berkelok-kelok.

Kondisi jet stream yang terdorong ke utara itu mendorong massa udara dingin pada polar vortex. Sementara massa udara dingin polar vortex mendorong bagian lain jet stream ke arah selatan.

Menguat ke selatan

Perbedaan temperatur dan tekanan tinggi antara massa udara di utara dan di ekuator menyebabkan tekanan terhadap jet stream pun menguat ke utara, yang mengakibatkan tekanan udara dingin polar vortex menguat ke selatan. Itulah yang menjelaskan, kenapa cuaca dingin menyerbu hingga lebih jauh ke selatan daripada musim dingin biasanya di AS. Namun, kondisi itu akan segera berlalu karena periode kelokan jet stream sekitar 20 hari.

Zadrach maupun Fadli kurang sepakat pada pandangan bahwa tarikan udara dingin ke selatan disebabkan naiknya massa udara di ekuator akibat pemanasan global. ”Sistemnya terlalu berjauhan,” ujar Fadli.

Keduanya juga mengingatkan, sistem iklim merupakan sistem yang amat kompleks karena di dalamnya terdapat interaksi laut-atmosfer. Selain itu, masih ada faktor-faktor lain, misalnya perubahan permukaan daratan, posisi matahari, dan sebagainya.

Mereka mengingatkan, jangan terlalu mudah menyimpulkan semua fenomena cuaca dan iklim terkait dengan perubahan iklim atau pemanasan global. ”Sistem iklim amat terbuka, tak bisa dikotak-kotakkan. Yang dibutuhkan adalah banyak data,” ujar Zadrach. (KOMPAS CETAK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com