Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem di Amerika, Fenomena Biasa, tetapi Jarang

Kompas.com - 09/01/2014, 15:22 WIB

”Polar vortex dekat di daerah kutub, sedangkan jet stream berada di sekitar 60 derajat Lintang Utara (LU), di garis sekitar Alaska,” jelas Fadli.

Pada situasi normal, kondisi polar vortex lemah. Saat musim dingin, massa udara dingin di Arktik yang sudah lama terperangkap menjadi amat padat dan amat dingin. ”Polar vortex sudah matang, amat dingin dan padat,” ujarnya.

Pada musim dingin terjadi perbedaan temperatur yang lebih besar antara massa udara di kutub dan massa udara dari ekuator. Akibatnya, aliran jet stream pun menguat.

Pada bulan Januari, puncak musim dingin sudah terlewati. Pada saat itu, polar vortex melemah. Saat ini, secara bersamaan, menurut salah satu pimpinan ahli meteorologi dari WeatherBELL Analytics, Joe D’Aleo, sedang terjadi kolam hangat di perairan Teluk Alaska. Itu membawa konsekuensi berbeda.

Oleh karena lemah, tambah Fadli, udara dingin dari polar vortex menyebar ke selatan. Sementara jet stream pun terganggu akibat menghangatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik Timur dan Atlantik Barat.

Yang terjadi kemudian adalah desakan udara hangat dari permukaan laut yang menyebabkan aliran jet stream di beberapa bagian terdorong ke utara—sehingga bentuk jalur jet stream pun berkelok-kelok.

Kondisi jet stream yang terdorong ke utara itu mendorong massa udara dingin pada polar vortex. Sementara massa udara dingin polar vortex mendorong bagian lain jet stream ke arah selatan.

Menguat ke selatan

Perbedaan temperatur dan tekanan tinggi antara massa udara di utara dan di ekuator menyebabkan tekanan terhadap jet stream pun menguat ke utara, yang mengakibatkan tekanan udara dingin polar vortex menguat ke selatan. Itulah yang menjelaskan, kenapa cuaca dingin menyerbu hingga lebih jauh ke selatan daripada musim dingin biasanya di AS. Namun, kondisi itu akan segera berlalu karena periode kelokan jet stream sekitar 20 hari.

Zadrach maupun Fadli kurang sepakat pada pandangan bahwa tarikan udara dingin ke selatan disebabkan naiknya massa udara di ekuator akibat pemanasan global. ”Sistemnya terlalu berjauhan,” ujar Fadli.

Keduanya juga mengingatkan, sistem iklim merupakan sistem yang amat kompleks karena di dalamnya terdapat interaksi laut-atmosfer. Selain itu, masih ada faktor-faktor lain, misalnya perubahan permukaan daratan, posisi matahari, dan sebagainya.

Mereka mengingatkan, jangan terlalu mudah menyimpulkan semua fenomena cuaca dan iklim terkait dengan perubahan iklim atau pemanasan global. ”Sistem iklim amat terbuka, tak bisa dikotak-kotakkan. Yang dibutuhkan adalah banyak data,” ujar Zadrach. (KOMPAS CETAK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com