Komet ISON diperkirakan akan mencapai jarak terdekatnya dengan Matahari, sekitar 1,2 juta km dari permukaan bintang Tata Surya itu, pada Jumat (29/11/2013) pukul 01.38 WIB dini hari.
Berdasarkan hitungan tersebut, waktu komet ISON mencapai titik terdekat dengan Matahari sudah kurang dari 24 jam.
Astronom amatir dan pembina Jogja Astro Club (JAC), Mutoha Arkanuddin, mengatakan bahwa ISON kini memasuki masa kritis.
"Ini adalah pertaruhan nyawa ISON, apakah akan bertahan atau hancur karena badai Matahari dan jatuh ke Matahari," katanya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/11/2013).
Jika ISON mampu bertahan, maka komet tersebut berpeluang untuk diamati dari Indonesia pada fajar hari Jumat (29/11/2013) serta pertengahan Desember hingga awal Januari.
Sampai saat berita ini diturunkan, menurut pengamatan satelit SOHO milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), komet ISON masih "hidup".
"Saya cukup optimistis bahwa ISON akan bertahan saat mencapai perihelion," kata Padma Yanamandra-Fisher, anggota American Astronomical Society seperti dikutip CNN, Kamis.
Meski demikian, tak ada yang tahu nasib hidup mati komet ISON. Astronom hingga saat ini belum bisa memperkirakannya.
Komet ISON ditemukan pada 21 September 2012 oleh Vitali Nevski dan Artyom Novichonok. ISON disebut "baby comet" karena baru kali pertama datang ke Tata Surya.
ISON mengundang ketertarikan dari kalangan amatir ataupun profesional. Sejumlah komunitas astronom amatir di Indonesia menggelar pengamatan dan berlomba mengabadikan ISON.
Mutoha mengatakan, bagi kalangan amatir, ISON adalah kesempatan untuk mencoba teknik observasi komet pada siang hari.