"Baru terjadi pada Juli 2013 lalu dan kali ini," katanya singkat saat dihubungi lewat telepon oleh Kompas.com, Senin ini.
Fenomena erupsi yang terjadi merupakan erupsi freatik. Erupsi ini terjadi karena interaksi air tanah dengan magma panas berpadu dengan tekanan tinggi. Ketinggian semburan asap bergantung pada besarnya tekanan.
Juli lalu, ketinggian semburan hanya mencapai 1.000 meter. Hari ini, ketinggian semburan mencapai 2.000 meter.
Dosen dan peneliti vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Asep Saepuloh, juga mengatakan bahwa letusan freatik hari ini memang fenomena baru yang dijumpai di salah satu gunung berapi teraktif di dunia itu.
"Memang baru. Kita memang belum pernah menjumpainya sejak meneliti Merapi tahun 1996 lalu," katanya.
Asep mengungkapkan, fenomena baru tersebut kemungkinan terkait dengan letusan besar Merapi pada tahun 2010, dan baru terjadi setelah itu. "Letusan tahun 2010 yang extraordinary mengubah kesetimbangan pada gunung api sehingga ada fenomena baru," ucap Asep.
Sementara, Kepala balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Subandriyo, mengatakan, letusan freatik terkait tingginya kandungan gas.
"Letusan eksplosif tahun 2010 yang di luar kebiasaan Merapi bisa terjadi karena tingginya kandungan gas. Pasca letusan, kemungkinan kandungan gas masih tinggi sehingga memunculkan erupsi freaktik," jelasnya.
Hendrasto menuturkan, belum bisa dikatakan apakah letusan freatik ini merupakan awal dari letusan yang lebih besar atau siklus letusan empat tahunan Merapi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.