Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macan Tutul Jawa, Dulu Dihormati, Kini Dicaci

Kompas.com - 04/11/2013, 13:02 WIB

KOMPAS.com — Dulu macan tutul jawa (Panthera pardus melas) dianggap simbol kemakmuran. Keberadaannya membuat sawah masyarakat bebas hama babi hutan. Kini, nasibnya seperti pesakitan. Terkurung di Pulau Jawa, masa depannya suram di ambang kepunahan.

Sorot kedua matanya tajam mengamati siapa saja yang mendekat. Di dalam kandang besi berukuran 2 meter x 1,5 meter, ia tidak mengubah posisi siaga, mengeram dengan posisi tubuhnya merunduk. Hanya sesekali ia memamerkan gigi taring tumpul termakan usia.

Berbeda dengan saudara-saudaranya, macan tutul ini sangat tenang. Hanya beberapa kali ia menubrukkan badan dan kepala besarnya mencoba menerobos kandang. Tinggal hanya 100 meter dari jalan setapak membuatnya terbiasa melihat manusia.

Itulah Jampang, macan tutul jawa yang baru ditangkap di hutan gundul Cijengkol, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jampang tidak diterima warga setempat. Ia dibenci karena sebagai pelaku pencurian sapi, kambing, hingga anjing milik warga setempat.

”Warga di sini menamakannya Selang. Nama itu diberikan sebagai rasa hormat dan takut. Sekarang karena terlalu sering memakan hewan peliharaan, Selang tidak diinginkan,” kata Peni, warga Girimukti.

Bersaing hidup di lahan tandus membuat hubungan baik itu kini renggang. Jangankan macan tutul, manusia saja sulit hidup di tempat seperti itu. Meski belum ada laporan macan tutul jawa menyerang manusia, warga khawatir sapi dan kambing yang jadi sumber penghasilan utama habis digondol macan.

”Kami ingin empat macan tutul yang masih tersisa dibawa pergi dari sini. Kalau semua sapi dan kambing habis, kami khawatir manusia dimangsa juga,” ujar Suryana, petani Girimukti.

Konflik macan tutul jawa dan manusia di Jawa Barat seperti mewakili ironi lingkungan tidak berkesudahan. Meski ditetapkan sebagai lambang Jawa Barat, habitat macan tutul jawa di Jabar diperkirakan mayoritas hancur berantakan. Bahkan, jumlahnya tidak lebih dari 200 ekor.

Ardiansyah/KOMPAS/IWN/BIP Informasi macan tutul Jawa

Konflik dengan manusia

Data Walhi Jabar tahun 2010-2011 menyebutkan, hutan di Jabar tidak lebih dari 816.603 hektar. Jumlah itu hanya sekitar 18,2 persen dari total luas wilayah Jabar sekitar 4,4 juta hektar. Keadaan itu membuat konflik manusia dan satwa liar sangat mudah terjadi.

Kasus Jampang menjadi contoh. Punya habitat asli di hutan primer dengan daya jelajah hingga 16 kilometer persegi per ekor, Jampang tinggal di hutan sekunder dan produksi, di antara alang-alang yang terbakar dan kebun karet serta teh.

Hendra, anggota Tim Penyelamatan Satwa Liar Taman Safari, mengatakan, kondisi ini rentan memicu babi hutan turun gunung mencari makanan. Permukiman masyarakat dengan padi tadah hujan jadi incaran utama. Jika itu terjadi, macan tutul jawa akan mudah ditemui di permukiman masyarakat.

”Bukan hanya perlindungan habitat macan tutul, zonasi makan babi hutan juga harus diperhatikan. Perambahan hutan demi alasan ekonomi kerap menyebabkan babi hutan masuk permukiman dan pasti diikuti macan tutul jawa,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia jelas belum mendukung keberadaan macan tutul ini hidup di Pulau Jawa. Terkesan bukan satwa prioritas dilindungi meski jumlahnya menurut International Union for Conservation of Nature tidak lebih dari 250 ekor pada tahun 2008.

Kejadian konflik dengan manusia pun sangat tinggi. Dalam setahun, terjadi 4-5 kali konflik di Pulau Jawa. Beberapa di antaranya berujung pembunuhan. Dua kasus kematian terjadi di Kabupaten Ciamis, Jabar, dan Gunung Semeru, Jatim. Kematian macan di Banjarnegara yang terjadi pada Sabtu (19/10/2013) menambah kisah kelam. Luka parah di leher akibat tali jerat babi hutan jadi penyebabnya.

Prihatin dengan kondisi ini, sekitar 20 pemerhati kucing besar Indonesia membuat protokol perlindungan macan tutul jawa. Executive Officer Forum Harimau Kita Wahyudi mengatakan, protokol itu akan mengatur mitigasi dan penanganan pasca-perlindungan macan tutul jawa. Protokol ditargetkan rampung dan diserahkan pada Kementerian Kehutanan tahun ini.

”Membunyikan meriam karbit hingga menyimpan kotoran kucing yang lebih besar seperti di sekitar perlintasan macan tutul jawa juga digagas. Tujuannya, mencegah macan tutul masuk permukiman,” katanya.

Nyaris kehilangan nyawanya, Kuray dan Jagur kini jadi madu di Taman Satwa Cikembulan, Garut. Sejoli itu tak pernah mau dipisahkan. Setiap waktu nyaris dihabiskan berdua.

Manajer Taman Satwa Cikembulan Rudi Arifin mengatakan, perjodohan ini sangat menggembirakan karena macan tutul jawa terkenal selektif memilih pasangannya. Ia berharap perjodohan diikuti kehamilan dan kelahiran bayi macan.

Keberhasilan menjaga keberadaan macan tutul jawa di penangkaran sejatinya harus disyukuri. Hasil ini bisa menjadi indikator penting. Hutan di Pulau Jawa sudah tidak ramah lagi karena digerus manusia. (CHE/KOMPAS CETAK)

Lihat foto-foto macan tutul di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com