"Pupuk organik hayati bisa meningkatkan pertumbuhan tanaman pertanian sehingga meningkatkan produktivitas," kata Sarjiya Antonius, peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI dalam diskusi yang digelar di Desa Sakra, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Anton yang juga berasal dari keluarga petani mengungkapkan, saat ini, banyak petani lebih memilih membawa segenggam pupuk NPK daripada memanfaatkan bahan organik dan kekayaan alam yang ada.
Anton menuturkan, di banyak tempat, terjadi penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Ia menuturkan, penggunaan secara berlebihan tersebut bukan akan meningkatkan pertumbuhan, tetapi malah merusak tanah.
Dalam kesempatan itu, Anton, mewakili LIPI, mengajak petani Lombok memanfaatkan pupuk organik hayati yang dihasilkan LIPI. Pupuk organik hayati lebih dari sekadar pupuk organik karena juga mengandung mikroba bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman.
Pupuk organik hayati yang dihasilkan LIPI bernama Beyonic StarTmik LIPI. Pupuk itu mengandung bakteri (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) golongan Bacillus, Pseudomonas, Painibacillus, dan Burkholderia.
Beyonic StarTmik LIPI telah diuji coba langsung di wilayah Ngawi. Anton mengungkapkan, penggunaan pupuk organik hayati dari LIPI itu terbukti mampu meningkatkan produktivitas hingga 20-30 persen.
Anton menuturkan, untuk lahan-lahan kering di wilayah Lombok, yang perlu dilakukan petani ialah manajemen pertanian dengan tetap menjaga ketersediaan bahan organik (karbon organik tanah).
"Kalau ketersediaan C organik tanah cukup maka akan menjaga, menyimpan air atau kelembaban lebih lama sehingga tanah tidak mudah pecah. Dengan aplikasi pupuk organik hayati diharapkan dapat juga membantu tanaman dalam mengatasi stres akibat kekeringan," kata Anton.
Anton mengajak petani Lombok berpikir bahwa tanah itu hidup. Tanah mampu mendukung kegiatan pertanian bila keseimbangan mikroba dalam tanah terjaga. Aplikasi pupuk organik hayati menjaga kesehatan dan keragaman hayati tanah, serta mendukung pertanian tanpa merusak tanah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.