Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguak Fenomena Tangisan Darah

Kompas.com - 20/10/2013, 21:07 WIB


KOMPAS.com
- Pria muda asal Tennessee, negara bagian yang terletak di sebelah tenggara Amerika Serikat, hidup dalam kondisi medis yang sangat mengkhawatirkan. Michael Spann (22) mengalami fenomena aneh dengan matanya. Tanpa ada peringatan atau tanda apapun, ia mulai mengeluarkan darah dari matanya.

Beberapa dokter terbaik di negaranya saat ini sedang bingung dengan penyakit yang diderita pria muda tersebut. Kondisi yang dialami Spann sangat jarang terjadi meski ada beberapa orang di Tennessee yang juga diketahui mengeluarkan darah dari matanya, kondisi seperti ini biasa disebut haemolacria.

Cerita berawal saat Spann sedang berjalan menuruni tangga rumahnya di Antiokhia, Tennessee. Ketika itu, ia merasa kepalanya sangat sakit seperti dicengkram. "Aku merasa kepalaku seperti dipukul dengan palu," kisahnya.

Beberapa saat kemudian ia menyadari bahwa darah menetes dari mata, hidung dan mulutnya. Sejak saat itu, pendarahan dan sakit kepala menjadi peristiwa rutin sehari-hari yang dialaminya.

Namun, tujuh tahun kejadian tersebut berlangsung, kondisi Spann mulai membaik, meski belum sembuh total. Darah hanya menetes satu atau dua kali dalam seminggu. Meski Spann dan keluarganya terkendala masalah asuransi kesehatan, tim dokter di di Tennessee dan di Klinik Cleveland terus melakukan serangkain pemeriksaan lengkap. Sayang hingga kini tim dokter masih belum dapat menentukan penyebab mau pun merekomendasikan perawatan yang tepat buat Spann.

Kisah lain terjadi pada tahun 2009, Calvino Inman remaja asal Rockwood, Tennessee, yang terkejut dengan apa yang dilihatnya di cermin kamar mandinya: darah mengalir dari matanya.

"Aku mendongak dan melihat diriku dan saya pikir saya akan mati," ceritanya. Ia langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) setempat, namun tim dokter tidak bisa memberikan penjelasan atas kondisi aneh yang dialaminya.

Semua pemeriksaan menggunakan peralatan canggih dilakukan seperti CT scan, MRI(magnetic resonance imaging) dan USG, namun tidak memberikan pentunjuk apapaun atas sakit yang dideritanya.

Fenomena haemolacria memang telah membingungkan para dokter selama berabad-abad. Pada abad ke-16, seorang dokter Italia, Antonio Brassavola, mengungkapkan cerita mengenai seorang biarawati yang tidak mengalami menstruasi, malahan mengeluarkan darah dari mata dan telinganya setiap bulan.

Menurut laporan dalam jurnal The Ocular Surface tahun 2011 pada tahun 1581, Dokter Rembert Dodoens memeriksa gadis berusia 16 tahun, di mana darah mengalir melalui matanya sebagai tetesan air mata darah, bukan melalui rahim.

Barrett G. Haik, Direktur Universitas Tennessee Hamilton Eye Institute di Memphis, menulis sebuah review pada tahun 2004 yang diterbitkan dalam jurnal Ophthalmic Plastic & Reconstructive Surgery, diketahui ada empat kasus haemolacria.

Para penulis menyimpulkan bahwa darah robek merupakan entitas klinis yang tidak biasa,  kondisi ini sangat memprihatinkan bagi pasien dan juga dapat membingungkan bagi dokter. Namun biasanya kasus seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Dalam empat kasus pasien yang dikaji masing-masing terdiri dari satu laki-laki dan tiga perempuan, usia enam sampai 14 tahun. Dengan mudah tangisan darah, mereda dan berhenti dengan sendirinya dan kondisi tersebut tidak terulang kembali.

Haemolacria dapat disebabkan oleh cedera kepala atau trauma lainnya, namun dalam kasus yang dialami Inman dan Spann, adalah diopatik (tidak diketahui penyebabnya). "Bila Anda tidak dapat menemukan penyebabnya, Anda tidak dapat menghilangkan salah satu kemungkinan, " kata Haik.

James Fleming, ahli ophthalmologi di Hamilton Eye Institute, mengungkapkan haemolacria sebagian besar menyerang pasien muda. "Ketika mereka matang, perdarahan menurun, mereda dan kemudian berhenti," kata Fleming. (Umi Rasmi/National Geographic Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com