Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tengkorak Tua Picu Perdebatan tentang Evolusi Manusia

Kompas.com - 20/10/2013, 19:35 WIB


KOMPAS.com
- Sebuah penemuan tengkorak baru, diperkirakan berusia lebih dari 1,8 juta tahun, telah menggeliatkan kembali perdebatan mengenai identitas nenek moyang manusia. Terbongkar di Kaukasus, Georgia, mereka menyebut penemuan ini dengan "Tengkorak 5" yang terdiri dari rahang paling lengkap dan tengkorak yang menjadi titik balik sejarah awal manusia.

Awalnya para peneliti yang dipimpin oleh antropolog dari Museum Nasional Georgia,  David Lordkipanidze, telah menemukan rahang bawah dengan lengkap dari fosil manusia pada tahun 2000. Lima tahun kemudian tengkorak lengkapnya muncul pada situs yang kaya fosil yakni di situs Dmanisi, 96 mil sebelah barat daya dari Tbilisi.

Tengkorak 5 sering disebut para ahli paleoantropologi sebagai mosaik atau campuran dari fitur yang terlihat pada manusia sebelumnya dan sesudahnya. Tengkorak wajah, gigi besar, dan ukuran otak yang kecil mirip dengan fosil manusia sebelumnya, akan tetapi anatomi rinci dari tempurung otak mirip dengan spesies manusia yang lebih baru yang kita sebut denganHomo erectus.

Kombinasi fitur telah memicu diskusi berkepanjangan mengenai apakah manusia Dmanisi adalah bentuk awal dari Homo erectus yang merupakan spesies yang berbeda yang disebutHomo georgicus ataukah sesuatu yang lain.

Tengkorak yang baru saja ditemukan bukanlah satu-satunya tengkorak yang ditemukan di Dmanisi. Setidaknya lima tengkorak yang relatif lengkap telah ditemukan di sana dalam dua dekade terakhir. Individu-individu tersebut mungkin tidak benar-benar tinggal bersama satu sama lain, namun sepertinya menduduki tempat yang sama dalam beberapa ribu tahun lebih dari 1,75 juta tahun yang lalu.

Menggunakan morfometrik untuk mengukur bentuk tengkorak pada setiap tengkorak fosil, Lordkipanidze dan rekan menemukan bahwa manusia Dmanisi bervariasi dari satu sama lain dalam fitur wajah dan ukuran otak. Meskipun memiliki sedikit perbedaan, mereka semua merupakan spesies yang sama.

Antropolog Fred Spoor, dari Jerman Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi, setuju bahwa Tengkorak 5 adalah spesimen yangbenar-benar menakjubkan. "Tengkorak akan membantu para peneliti mencari tahu apa yang benar-benar terjadi pada awal evolusi Homo erectus," kata Spoor.

Penemuan satu spesies memberikan implikasi luas bagi sejarah kemanusiaan. Para akademisi melihat penduduk Dmanisi sebagai variasi yang berbeda dari manusia Homo erectus atau mungkin sebagai spesies baru . Itu mungkin saja emigran awal dari Afrika dan bagian lain dari awal cabang pohon keluarga manusia.

Dalam studi baru, Lordkipanidze dan rekan penulis menunjukkan bahwa penduduk Dmanisi itu sebenarnya bagian dari garis keturunan manusia tunggal yang berisi beberapa spesies manusia yang lebih awal yang dianggap berbeda dari Homo erectus. "Dmanisi merupakan kombinasi menarik dari wajah primitif, gigi primitif, ukuran otak  primitif, akan tetapi jika aku akan mengambil gergaji dan memotong wajah dan menunjukkan tempurung otak kepada seorang rekan, aku cukup yakin bahwa orang akan berkata itu Homo erectus," kata Spoor.

Lordkipanidze dan rekan menempatkan mereka dalam satu keturunan manusia purba yang mungkin peregangan kembali sejauh 2,4 juta tahun lalu di Afrika Timur, ketika spesies manusia pertama, Homo habilis, muncul.

"Dmanisi, perpecahan antara Homo habilis dan Homo erectus di masa awal. Dmanisi adalah snapshot dalam waktu, seperti kapsul waktu," kata Lordkipanidze.

Dia menyarankan bahwa tim peneliti belum selesai bekerja, dan fosil manusia yang lebih awal mungkin masih akan ditemukan. "Kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa Dmanisi memiliki potensi besar untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru " ujarnya. (Brian Switek/National Geographic Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com