Bigfoot Diklaim sebagai Makhluk "Setengah Manusia"

Kompas.com - 03/10/2013, 22:54 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Kaum yang meyakini adanya bigfoot mengklaim telah menemukan bukti ilmiah dari makhluk tersebut.

Studi DNA selama lima tahun dalam Sasquatch Genome Project bersama rangkaian foto dan video menunjukkan bahwa bigfoot yang jejaknya pernah diklaim ditemukan di Sumatera memang benar-benar ada.

Anggota tim peneliti mengungkap hasil penelitian terbaru dalam pertemuan di Dallas pada Selasa (1/10/2013). Mereka mengatakan, bigfoot adalah kerabat manusia yang eksis 15.000 tahun lalu.

"Kami ingin orang memahami bahwa ini serius. Orang telah memilih untuk tidak memercayainya. Mereka tidak dapat menyadari bahwa makhluk ini memang benar-benar ada," kata Melba Ketchum, pakar genetika yang memimpin riset, seperti dikutip IBTimes, Rabu (2/10/2013).

Studi selama lima tahun itu dibiayai oleh seorang pebisnis bernama Adrian Erickson. Biaya yang dihabiskan 500.000 dollar AS. Ketchum dan timnya berhasil mengurai genom sampel yang diyakini bigfoot dan mengungkap bahwa makhluk itu adalah hibrid manusia.

"Studi kami telah mengurai 20 genom mitokondria secara keseluruhan dan menggunakan teknologi penguraian lanjut untuk mendapatkan 3 genom inti dari sampel yang diyakini bigfoot," demikian pernyataan peneliti.

"Penguraian genom menunjukkan bahwa DNA mitokondria Sasquatch identik dengan Homo sapiens. Namun DNA inti Sasquatch berbeda, terkait manusia Homo sapiens dan primata lain," lanjut peneliti dalam rilisnya.

Tim peneliti menggunakan 111 spesimen yang didapatkan dari rambut, darah, kulit, dan jaringan lain dari sampel yang diduga bigfoot.

Ketchum adalah seorang profesor veteriner. Ia awalnya skeptis tentang bigfoot. Namun, dalam penelitian, ia menjumpai fakta bahwa bigfoot memang berbeda.

"Makhluk ini tak mengikuti aturan umum. Sangat berbeda. Kami berpikir dia hibrid manusia. Itu teori kita," katanya.

Menurut Ketchum, pemerintah harus mengakui bigfoot seperti sekelompok masyarakat adat, melindunginya dari pihak-pihak yang mengancam, menjebak atau ingin membunuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau