Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/09/2013, 15:02 WIB
Dr. Widodo Judarwanto Sp.A

Penulis

Sumber Kompasiana


KOMPAS.com -
Saat ini, orangtua Anisa sering bingung ketika anak kesayangannya itu berbuat yang aneh-aneh. Seakan si kecil berbicara dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Anisa kadang berbicara dengan Libi, begitu nama teman fantasi atau teman khayalannya itu. Bahkan dia bisa mendiskripsikan bahwa temannya itu tidak punya rambut dan bajunya aneh.

Di kesempatan lain, Anisa berbuat aneh lagi ketika dia berbicara dengan tembok. Anehnya Anisa mengatakan bahwa si Libi ternyata bisa masuk menembus tembok dan hilang tetapi tetapi bersuara dalam tembok. Seringkali sebagian klinisi menganggap hal tersebut adalah hal yang wajar bila dilihat dari segi psikologis. Tetapi pengamatan pseudosains ternyata didapatkan berbagai keunikan dan keanehan tertentu.

Saat dikonsultasikan pada psikolog,  hal itu merupakan kewajaran karena pengembangan imajinasi anak. Tetapi beberapa orang yang mencermati terdapat keanehan dan keunikan dalam tampilan teman fantasi tersebut. Sebagian orang yang pernah mengalami sendiri dan sering menyaksikan banyak kasus anak tersebut percaya bahwa hal tersebut adalah kemampuan lebih yang tidak dimiliki anak lainnya untuk melihat sesuatu alam lain.

Kelompok orang tersebut sering disebut ilmu Pseudosains. Para ahli ilmiah sering menyebutkan alam bawah sadar, tetapi kalangan Pseudosains mengatakan bahwa hal tersebut dalam alam lain yang tidak semua orang bisa melihatnya. Menurut ilmu pseudoscientific bentuk transformasi manusia yang berevolusi memiliki kemampuan paranormal.

Dalam menilai dan menginterpretasi anak yang mempunyai kelebihan atau sebagian orang menyebut indigo, sangat luas dan bias bila ditinjau dari berbagai latar belakang keilmuan. Hal ini akan terjadi perbedaan pandang, perdebatan dan kontroversi yang luas bila bidang pseudoscientific itu dibicarakan dalam bidang ilmiah. Tetapi memang fakta kehebatan anak kelompok itu ternyata ada tetapi sulit dijabarkan dalam bentuk ilmiah.enturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum.

Pendapat Ilmiah

Ketika keanehan itu dikonsultasikan kepada psikolog, dengan bahasa klasik psikolog mengatakan bahwa Anisa mempunyai teman fantasi adalah hal yang normal karena merupakan imajinasi anak. Teman khayalan adalah dianggap kewajara dalam proses tumbuh kembang anak. Bahkan menurut para pakar perkembangan anak, anak yang punya teman imajinasi bisa mengembangkan keterampilan bahasa, memiliki pikiran aktif, mampu memecahkan masalah dan mengasah kreativitas.

Psikolog dan beberapa ahli lain mengatakan, teman khayalan adalah hasil kreasi anak sendiri. Si anak akan memberikan nama untuk teman imajinasinya. Bisa saja, nama tersebut akrab dengan telinga ibu, karena berasal dari tokoh cerita di buku yang sering kamu bacakan untuknya. Tapi bisa juga anak akan menciptakan nama sendiri bagi teman khayalannya. Tokoh yang diperankan anak juga bermacam-macam sehingga membuat ia kreatif menciptakan peran yang akan dimainkan.

Anak prasekolah yang suka bersosialisasi senang bila punya teman, dan kalau tak ada, mereka akan menciptakannya. Hampir separuh dari semua anak di dunia ini punya teman khayalan, seiring dengan berkembangnya imajinasi dan ketertarikan mereka terhadap dunia sandiwara.

Selain itu, teman bermain khayalan ini membuat anak punya tempat untuk mengeksplorasi dunia, termasuk hal-hal yang mungkin baru atau mengesalkan. Jika orang di dunia nyata si kecil bisa sakit atau sedih, begitu pun mungkin dengan si teman khayalan. Karena anak menguasai apa yang dialami oleh si teman khayalan, bila ‘si teman’ berhasil melalui suatu insiden yang menakutkan bisa membuat mereka merasa tenang. Bila teman khayalan anak Anda pergi (banyak anak bilang kalau si teman sudah pindah atau malah meninggal), teman khayalan lain mungkin akan menggantikan untuk beberapa tahun mendatang.

Para ahlipun mengatakan bahwa bermain dengan teman imajinasi bisa mendukung perkembangan anak, karena ia bisa belajar tentang peran, interaksi dua arah, kekuasaan dan mengontrol emosi. Anak akan menjadikan teman imajinasinya sebagai teman bermain. Jadi, tidak heran kalau setiap kali Anda memperhatikan, anak seakan-akan bicara sendiri atau menggunakan boneka alat peraganya. Namun pada kebanyakan anak, ibu akan melihat anak bicara sendiri, seolah-olah ada teman bermain di depannya. Melalui tokoh khayalan, anak belajar untuk mengasah kosakata dan melatih anak untuk berinteraksi. Saat berinteraksi anak ditantang untuk memiliki kosakata baru karena sifatnya adalah dua arah, dimana anak harus bisa melatih dirinya agar percakapan dengan teman imajinasi berjalan lancar. Sehingga otak anak terus dirangsang untuk berpikir kreatif.

Fakta Pseudosains

Dalam praktik sehari-hari sebagai dokter anak, penulis banyak sekali menemukan hal demikian. Awalnya penulis percaya bahwa hal tersebut adalah merupakan teman khayalan, teman fantasi biasa atau sekedar teman imajinasi. Tetapi saat dicermati ada beberapa keanehan dan keunikan serta berbagai gangguan yang menyertai saat anak mengalami hal tersebut. Fakta unik dari pengamatan sebagian kasus itu ternyata menunjukkan sesuatu hal yang misterius.

Penulis mengadakan pengamatan dan penelitian awal sekitar 35 anak yang mengalami hal tersebut. Beberapa anak yang mempunyai teman fantasi sebagain besar - bahkan hampir semuanya - mempunyai kelebihan lain yang bisa melihat alam lain yang saat ini masih dipercayai sebagian orang yang mengalami. Ternyata sekelompok anak ini sering menunjuk kesesuatu obyek seperti di atas lemari, di pintu atau di pojok dapur yang gelap dan mengatakan melihat badut, nenek berambut panjang, atau binatang naga yang berjalan di tembok.

Alhasil, beberapa anak sering minta untuk menutup pintu atau gorden kamar saat berteriak ketakutan. Sebagian anak saat bermain di luat terutama menjelang malam sering menunjuk ada sosok tertentu di bawah pohon, tetapi pendampingnya keheranan tidak melihat apa-apa.

Halaman:
Sumber Kompasiana
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com