Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alat Ini Bisa Bikin Manusia "Hilang" dari Radar Nyamuk

Kompas.com - 04/08/2013, 16:15 WIB

KOMPAS.com — Nyamuk memiliki cara unik untuk mendeteksi kehadiran "calon mangsanya". Mereka memiliki radar yang mampu mencium aroma karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan melalui napas, kulit, serta keringat. Bahkan, nyamuk bisa mencium aroma ini dari jarak ratusan meter.

Terdapat banyak cara yang digunakan manusia untuk mengusir nyamuk, mulai dari penggunaan kelambu hingga obat nyamuk. Namun, cara-cara tersebut sering kali dinilai kurang efektif dan berpotensi meracuni tubuh.

Para peneliti kini tengah mengembangkan sebuah alat yang lebih efektif dan aman untuk mengusir nyamuk. Alat ini bernama Kite Patch, sebuah benda berbentuk persegi kecil yang dapat ditempelkan ke baju.

Kite Patch bekerja dengan cara yang unik. Benda ini mampu menyamarkan "bau" CO2 yang dikeluarkan oleh tubuh manusia.

Kite Patch dikembangkan oleh Grey Frandsen, Michelle Brown, dan Torrey Tayanaka dari Olfactor Laboratories. Mereka terinspirasi menciptakan alat ini setelah membaca hasil penelitian Anandasankar Ray dan rekannya dari University of California Riverside yang dipublikasikan di Nature pada Juni 2011. Penelitian ini mengungkapkan tiga bahan kimia yang bisa mengganggu "radar penerima CO2" nyamuk.

Ketiga bahan kimia ini bekerja dengan cara yang berbeda untuk mengusir nyamuk. Bahan kimia pertama meniru karbon dioksida dan mampu digunakan untuk menjauhkan nyamuk dari manusia dan perangkap serangga.

Bahan kimia kedua menjadikan nyamuk tidak dapat mendeteksi CO2 sama sekali. Dan yang ketiga justru mengubah kemampuan radar nyamuk yang sensitif terhadap CO2 sehingga membuat nyamuk tersebut merasa bingung.

Frandsen dan timnya kini tengah menggalang dana melalui situs web "indiegogo" untuk melakukan uji lapangan di Uganda. Jika pengujian ini berhasil, mereka akan mulai memproduksi Kite Patch secara massal dan mendistribusikan secara global dimulai dari AS.

Di dunia epidemiologi, Kite Patch dikenal sebagai pembasmi spasial. Dalam tinjauan yang dimuat dalam Malaria Journal, peneliti mencatat bahwa pembasmi spasial dapat diharapkan untuk membasmi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hewan perantara seperti nyamuk. Sayangnya pembasmi spasial belum dimasukkan ke dalam program pengendalian penyakit multi-lateral karena kurangnya data epidemiologi yang mendukung keberhasilannya.

Pengujian sangat penting untuk dapat diintegrasikan dengan pemantauan secara terus-menerus. Pemantauan ini mencakup seberapa besar pengaruh Kite Patch terhadap jumlah nyamuk yang terdapat baik di dalam maupun di luar ruangan serta seberapa banyak dari nyamuk tersebut yang tetap menggigit manusia. Jumlah ini tentunya akan berpengaruh pula pada jumlah patogen yang mungkin akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara nyamuk. (Dyah Arum Narwastu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com