Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Kalender Tertua dalam Sejarah Peradaban Manusia

Kompas.com - 16/07/2013, 10:45 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Arkeolog berhasil menemukan kalender yang usianya 5.000 tahun lebih tua dari kalender tertua dari peradaban Zaman Perunggu yang ditemukan di Mesopotamia.

Berusia 10.000 tahun, kalender yang kini menjadi kalender tertua tersebut ditemukan di kompleks Warren Field, Crathes, Aberdeenshire, wilayah Skotlandia.

Kalender yang ditemukan terdiri dari 12 lubang yang tersusun dalam bentuk bujur di area sepanjang 50 meter itu dibuat oleh manusia pada masa berburu dan meramu yang tinggal di wilayah Skotlandia.

"Apa yang kita lihat di sini adalah langkah penting paling awal dari kemanusiaan dalam mengonstruksi waktu secara formal, bahkan permulaan sejarah itu sendiri," kata Vincent Gaffney dari Birmingham University, yang memimpin riset.

Lubang-lubang dalam kalender merepresentasikan fase-fase bulan. Bentuk lubang beragam, mulai bulan sabit, separuh, purnama, dan di antaranya.

"Satu lubang yang merepresentasikan bulan purnama berukuran besar dan berbentuk lingkaran, sekitar dua meter dan persis berada di tengah," kata Gaffney seperti dikutip National Geographic, Senin (15/7/2013).

Kedua belas lubang menunjukkan jumlah bulan dalam kalender Bulan. Kedalaman lubang yang berbeda menunjukkan bahwa masyarakat saat itu membagi bulan menjadi 3 satuan yang terdiri atas 10 hari.

Kalender tertua ini juga menjadi petunjuk bahwa manusia masa lalu sudah seperti manusia saat ini, menggunakan Bulan dan Matahari sebagai patokan dalam penyusunan kalender.

Arkeolog menemukan, lubang telah diatur sedemikian rupa sehingga hari pertengahan musim dingin (saat Matahari berada di 23,5 derajat Lintang Selatan) mampu ditandai dengan sudut pada busur kalender itu.

Kalender yang berbasis Bulan memiliki 12 bulan, tetapi jumlah harinya berbeda dengan kalender Matahari. Bila dibandingkan dengan kalender Bulan, maka ada 12,37 bulan dalam kalender Matahari.

Temuan pengaturan lubang dalam busur untuk menandai pertengahan musim dingin menunjukkan bahwa manusia zaman itu melakukan kalibrasi sehingga sistem kalender Bulan sesuai dengan sistem kalender Matahari.

"Memosisikan kalender di lansekap seperti disusun memungkinkan masyarakat saat itu melakukan kalibrasi ulang bulan-bulan kalender bulan pada musim dingin sehingga kalender sesuai dengan tahun Matahari," kata Gaffney.

Arkeolog menemukan, lubang-lubang dalam kalender ini diperbaiki hingga ratusan kali; sampai sekitar 4.000 tahun lalu, kalender ini sudah tak berfungsi.

Menurut arkeolog, sistem kalender sangat berfungsi bagi masyarakat di zaman berburu dan meramu, baik secara kultural maupun ekonomi.

Kalender memungkinkan masyarakat saat itu memprediksi fenomena astronomi tertentu ataupun mengetahui migrasi salmon di Sungai Dee di Lembah Dee.

"Lembah Dee, tempat kalender ini ditemukan, merupakan tempat penting dan tempat bertemu sejak masa lalu," kata Simon Fitch yang juga terlibat dalam riset ini.

Lubang-lubang penanda kalender ini ditemukan untuk kali pertama pada tahun 2004 dengan teknologi penginderaan jauh dan perangkat lunak khusus yang mampu mengetahui posisi Matahari terbit dan tenggelam di lanskap ini 10.000 tahun lalu.

Richard Bates dari University of St Andrews yang terlibat riset mengatakan bahwa temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat masa itu sudah sangat maju.

"Ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut punya maksud dan kebutuhan untuk mampu mengetahui waktu dan musim, serta pengetahuan bahwa mereka harus mengoreksi kalender Bulan dengan Matahari. Ini adalah langkah penting dalam sejarah waktu," kata Bates.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com