Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Katak "Berkumis", Kesatria dari Dunia Katak

Kompas.com - 09/07/2013, 19:02 WIB

KOMPAS.com — Sebuah kumis pada manusia tidak dapat menjadi tolok ukur mengenai kualitas hidup seorang pria. Namun, bagi katak emei, kumis yang berkualitas merupakan suatu bagian tubuh yang sangat penting.

Katak emei berkumis (Leptobrachium boringii) banyak ditemukan di Williamburg, New York; Hackney, London; Mission district, San Fransisco; dan pada sungai berarus tenang di daerah pegunungan terpencil di barat daya China.

Kumis pada katak emei jantan tumbuh pada awal musim kawin. Kumis inilah yang menjadi senjata bagi katak emei jantan untuk mempertahankan sarang yang nantinya akan ia gunakan untuk menarik katak betina.

Sebagian besar amfibi bersifat lembut. "Dalam sebuah perkelahian, biasanya amfibi hanya bergulat," ujar Cameron Hudson dari University of Guelph di Ontario, Kanada. Namun, sifat ini tidak terlihat pada katak emei berkumis jantan. Katak emei berkumis jantan memiliki tubuh yang lebih besar daripada betina. Hal ini seakan menjadi tanda mengenai sifat keras mereka.

Selama masa kawin, 10 hingga 16 duri tumbuh di atas bibir mereka. Duri inilah yang pada akhirnya disebut kumis pada jenis katak emei. "Mereka setajam pensil. Mereka akan menusuk ketika Anda mengambil mereka," ujar Hudson.

Katak emei menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam hutan, tetapi pada bulan Februari dan Maret mereka masuk ke sungai untuk berkembang biak. Katak emei berkumis jantan akan masuk ke sungai beraliran deras dan memilih batu sebagai sarangnya. Mereka menghabiskan beberapa minggu berenang di sekitaran batu yang mereka pilih untuk menarik betina. Mereka melakukan itu tanpa adanya asupan makanan.

Hudson dan seorang temannya, Jinzhong Fu, memantau kehidupan katak emei berkumis selama dua minggu di bentangan sepanjang 300 meter dari sungai dekat Gunung Emei di Sinchuan, China. Mereka menangkap dan menandai 77 katak, kemudian memeriksa katak mana yang menempati sebuah sarang setiap harinya.

Hudson menyaksikan tujuh pertarungan antar-katak jantan dan berhasil mengabadikannya ke dalam lima film. Hudson memperkirakan, setidaknya ada 14 perkelahian dalam satu bentangan sungai tersebut karena terdapat banyak pejantan yang "terpaksa" menyerahkan sarangnya kepada pejantan lain.

Para pejantan bertarung di bawah air, menanduk perut satu sama lain, dan menusukkan kumis duri ke dalam katak lain.

"Saya belum pernah melihat mereka saling membunuh, tetapi mereka punya banyak luka tusukan," kata Hudson seperti dikutip New Scientist, Jumat (5/7/2013).

Katak emei betina mengunjungi pejantan di sarang mereka dan meletakkan telurnya pada bagian batu yang terendam air untuk dibuahi oleh pejantan tersebut. Jika pekerjaannya telah selesai, katak betina akan langsung kembali ke hutan. Sementara katak jantan tinggal untuk merawat telur tersebut.

Selain berjiwa petarung, katak emei berkumis jantan juga merupakan seorang ayah yang baik. Ketika Hudson meneliti gen dari katak jantan dan telur yang mereka lindungi, ia menemukan bahwa banyak pejantan merawat telur yang bukan milik mereka. Mereka mungkin mengusir pejantan sebelumnya dan mengambil alih telur serta sarangnya.

"Saya tidak yakin jika mereka merawat telur lainnya, tetapi yang pasti mereka tidak menyakiti telur itu," ujar Hudson.

Tidak jelas mengapa pejantan tidak menghancurkan telur saingan mereka. Memiliki telur tambahan mungkin berarti mereka dapat bertahan hidup ketika predator menyerang sarangnya. Kemungkinan lain betina lebih menyukai pejantan yang sudah memiliki telur. Mereka tampak memiliki kualitas yang lebih tinggi.

Satu hal yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana kumis dapat membuat pejantan tampak lebih tangguh. Panjang kumis duri pada katak emei cenderung sama sehingga panjang jelas bukanlah faktor yang menentukan. Hudson mengatakan bahwa ukuran dan kekuatan seorang pejantan mungkin yang menjadi jawabannya. Pejantan yang kuat bisa mendorong kumis duri mereka lebih jauh ke dalam perut saingannya.

Dalam pengamatan yang dilakukannya, Hudson mengatakan jika betina terakhir datang pada awal Maret. Setelah masa itu, para pejantan berhenti bertarung dan duri mereka pun rontok. Setelah telurnya menetas, para pejantan kembali ke hutan dan meninggalkan berudu untuk bertahan hidup seorang diri. (Dyah Arum Narwastu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com