KUALA LUMPUR, KOMPAS.com
- Data baru dari hasil riset yang dilaporkan pada Konferensi AIDS Internasional di Kuala Lumpur memberikan harapan dan keyakinan kesembuhan dari Human Immunodeficiency Virus (HIV).Dilaporkan, dua orang pria yang tak diidentifikasi namanya telah dapat hidup tanpa obat Anti Retroviral (ARV) dan tanpa menunjukkan sinyal bahwa HIV kembali terdeteksi setelah menjalani cangkok sumsum tulang belakang.
Apakah ini berarti bahwa HIV/AIDS bisa disembuhkan? Tim dokter dari Brigham and Women Hospital menyatakan, belum. Namun, hasil ini semakin menumbuhkan keyakinan bagi para dokter dan peneliti serta harapan bagi pasien bahwa suatu hari HIV/AIDS bisa disembuhkan.
Dua pria yang menjalani cangkok sumsum tulang belakang telah berstatus HIV+ selama 30 tahun. Keduanya juga menderita lymphoma, sejenis kanker darah dimana B dan T limfosit membelah lebih cepat dari normalnya. Ini menuntut tindakan cangkok sumsum tulang belakang.
Setelah cangkok sumsum tulang belakang berhasil dijalankan, HIV pada kedua pasien "tak terdeteksi" masing-masing selama dua tahun pada satu pasien dan empat tahun pada pasien yang lain.
Tahun 2013 ini, keduanya menghentikan perawatan dengan ARV. Jadi, keduanya tidak minum obat ARV sama sekali. Setelah masing-masing selama 15 dan tujuh minggu, HIV pada keduanya tetap "tidak terdeteksi".
Timothy Henrich yang terlibat upaya ini mengatakan pada BBC, Rabu (3/7/2013), bahwa hasil ini mengagumkan. Namun, ia menekankan, "Kami belum berhasil menunjukkan kesembuhan. Kami membutuhkan langkah lanjut lebih lama."
"Apa yang kami katakan adalah bahwa virus tetap tak ada selama satu atau bahkan dua tahun setelah perawatan dihentikan, bahwa peluang virus untuk kembali sangat rendah. Namun terlalu awal bagi kita untuk menggunakan kata C (cured/sembuh)," katanya.
Sumsum tulang belakang adalah bagian tubuh yang bertugas menghasilkan sel darah sekaligus diduga menjadi tempat HIV bersemayam. Cangkok sumsum tulang bisa dikatakan sebagai upaya menyerang HIV pada sarangnya.
Meski demikian, selain sumsum tulang belakang, HIV diduga juga bisa bersembunyi di jaringan otak dan saluran pencernaan. Jika HIV kembali terdeteksi setelah cangkok sumsum tulang belakang, ini membuktikan bahwa otak dan saluran pencernaan adalah "sarang" HIV penting.
Sebelumnya, pria Jerman bernama Timothy Brown alias "pasien Berlin" menjadi orang pertama yang "sembuh" dari HIV setelah menjalani cangkok sumsum tulang belakang. Lalu, bayi yang lahir di Missisipi dan langsung diberikan ARV juga "sembuh fungsional".
Michael Brady, dokter dari Trrence Higgins Trust, mengatakan bahwa meski cangkok sumsum tulang belakang belum bisa memberikan kesembuhan, dari hasil ini bisa dinyatakan bahwa kasus Timothy Brown bukan satu-satunya.
Lalu, haruskah setiap HIV+ menjalani cangkok sumsum tulang? Brady mengatakan, "Cangkok sumsum tulang belakang ialah tindakan yang kompleks, mahal, dan berisiko. Bagi kebanyakan HIV+, cangkok sumsum tulang belakang lebih bahaya daripada minum obat setiap hari."
Namun, tetap ada harapan penyembuhan HIV dari riset ini. Ke depan, mungkin akan ada sebuah pendekatan baru dalam perawatan melawan HIV, bahkan mungkin benar-benar membasmi HIV dari tubuh manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.