Kompas Anugerahi Lima Cendekiawan Berdedikasi 2013

Kompas.com - 27/06/2013, 11:44 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Harian Kompas memberikan penghargaan kepada lima cendekiawan berdedikasi 2013. Penghargaan diberikan kepada Ahmad Syafii Maarif (78), Benjamin Mangkoedilaga (76), Budi Darma (76), Karlina Supelli (55), dan Salahuddin Wahid (71).

Pemberian penghargaan tersebut berlangsung di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, Kamis (27/6/2013). Acara itu dihadiri oleh Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama dan Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bangun.

Penghargaan tersebut disambut gembira oleh para penerima. Mereka bernostalgia bagaimana pertama kali berhubungan dengan Kompas.

Misalnya saja, mantan Hakim Agung Benjamin Mangkoedilaga. Dia menceritakan pertama kali membaca Kompas pada tahun 1967. Bahkan, dia pernah bekerja menjadi loper koran. Menurutnya, Kompas memberinya inspirasi sebagai seorang hakim.

"Kompas punya keberanian. Menginspirasi saya untuk berkata benar adalah benar, salah adalah salah. Kalau tidak ada Kompas, saya tidak merasakan apa yang saya pernah jalani," kata pria kelahiran Garut, 30 September 1937 itu.

Sementara Gus Solah, atau Salahuddin Wahid, mengibaratkan Kompas sebagai nasi. Sejak tahun 1965, dia sudah membacanya.

"Pemberitaannya tidak bombastis, menempatkan diri pada posisi yang pas dalam menyikapi masalah," puji adik Gus Dur ini.

Gus Solah menyebut penghargaan ini diberikan bukan hanya kepada dirinya, tapi juga kepada Pesantren Tebu Ireng. Menurutnya, di Tebu Ireng, dia bisa membuat hal nyata, bukan sekadar tulisan. Dia bisa mendirikan klinik kesehatan, dan bahkan rencananya akan membangun pesantren sains.

"Pesantren sains yang fokus dengan sains. Agama dan ilmu bisa berdampingan," ujarnya.

Penghargaan kepada para cendekiawan ini berasal dari Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama, yang pertama kali diberikan pada 2008. Penghargaan disampaikan sebagai ucapan terima kasih khusus kepada para kontributor artikel Kompas.

Dihitung sejak 2008 sampai 2012, setiap tahun lima orang, kelima penerima penghargaan tahun ini melengkapkan jumlah 30 orang. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada banyak penulis dan tokoh yang tak bisa masuk dalam kriteria di atas, Jakob Oetama merasa pada akhirnya "kita harus melakukan pilihan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau