Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/06/2013, 13:24 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com
- Jaringan otot, ligamen, juga kulit di sekitar organ vagina merupakan struktur penyokong yang kompleks untuk menjaga agar organ panggul dan jaringan tetap pada tempatnya. Proses kehamilan dan persalinan yang terlalu sering bisa membuat organ panggul bergeser atau awam menyebutnya dengan istilah "peranakan turun" atau "turun berok".

Dalam dunia medis, peranakan turun disebut dengan Vaginal prolapse. Kondisi ini terjadi ketika organ panggul seperti rahim, kandung kemih, sampai rektum, turun ke dalam vagina bahkan keluar dari organ kemaluan.

Menurut dr.Ivan Sini, Sp.OG, dari RS Bunda Jakarta, vaginal prolapse terjadi karena melemahnya otot-otot penyangga rahim yang terjadi lantaran bertambahnya berat rahim saat kehamilan.

Perlemahan otot penyangga rahim sendiri sebenarnya merupakan proses alamiah yang terjadi dalam tubuh wanita guna mempermudah proses melahirkan. "Hanya saja, jika otot-otot tersebut tidak kembali normal pascamelahirkan, maka rahim terus turun hingga keluar dari mulut vagina," katanya.

Ada beberapa gejala yang bisa menunjukkan terjadinya peranakan turun, antara lain merasa ada sesuatu yang turun di vagina, terasa seperti ada bantalan di vagina, susah berjalan, perdarahan, sampai sulit berkemih atau buang air besar.

Setiap kehamilan memiliki risiko vaginal prolapse. Namun ada beberapa tipe kehamilan yang tinggi risiko, yaitu sebagai berikut.

1. Kehamilan ganda
Kehamilan dengan dua atau lebih janin menyebabkan rahim semakin berat. Hal tersebut menyebabkan otot-otot penyangga rahim semakin melemah sehingga meningkatkan risiko vaginal prolapse.

2. Ukuran bayi besar
Hampir sama dengan kehamilan kembar, ukuran bayi yang besar menyebabkan otot penyangga rahim semakin lemah.

3. Proses kelahiran lama
Proses kelahiran dikatakan lama jika berlangsung lebih dari 24 jam. Saat proses melahirkan, otot-otot penyangga rahim membuka dan melemah, akibatnya jika proses ini terlalu lama akan mengakibatkan elastisitas otot berkurang dan semakin sulit untuk kembali normal.

4. Kehamilan terlalu sering
Semakin sering hamil maka semakin sering otot penyangga rahim mengalami perlemahan dan meningkatkan risiko vaginal prolapse.

5. Penggunaan alat vakum
Alat vakum digunakan untuk mempermudah proses keluarnya bayi dari rahim lantaran adanya hal-hal penyulit tertentu. Namun alat vakum juga dapat mengganggu kekuatan dari otot penyangga rahim.

Ivan memaparkan, perlu adanya kompensasi pascamelahirkan untuk menguatkan kembali otot-otot penyangga rahim guna mencegah vaginal prolapse. Salah satunya adalah latihan kegel yang melatih langsung otot-otot tersebut.

"Caranya mudah, dapat dilakukan sendiri. Anda hanya tinggal mengontrol otot kemaluan untuk menutup dan menahannya beberapa detik dengan minimal sepuluh pengulangan. Lakukan setiap pagi ketika akan memulai aktivitas," tuturnya.

Jika sudah terjadi vaginal prolapse, maka diperlukan perbaikan vagina tergantung dengan gangguannya.  Tindakan yang bisa dilakukan meliputi uroginekologis, operasi, dan pemasangan sling atau penahan buatan yang dimasukkan ke dalam saluran kemih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com