Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabut Asap, Ironi Kejayaan Sawit Indonesia

Kompas.com - 21/06/2013, 15:18 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia memang telah berhasil menjadi produsen kelapa sawit dunia, yakni mencapai 24 juta ton pada tahun 2012. Namun, di sisi lain, Indonesia kini juga dipersalahkan karena kabut asap yang menyebar hingga negara tetangga, yang tak lepas dari praktik bisnis kelapa sawit yang mengorbankan lingkungan.

Pengampanye Hutan dan Perkebunan Skala Besar Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Zenzi Suhadi, mengungkapkan, kelapa sawit merupakan sektor penyumbang terbesar kebakaran yang menyebabkan kabut asap.

Zenzi memaparkan, industri kelapa sawit Indonesia dikembangkan dengan cara yang tak ramah lingkungan. Malaysia mengembangkan industri sawit dengan intensifikasi dan peningkatan kualitas. Sementara Indonesia memfokuskan pada penambahan area kebun yang konsekuensinya adalah pembukaan hutan besar-besaran.

Ekspansi lahan di Indonesia didukung dengan praktik politik di Indonesia. "Untuk mendapatkan izin itu sangat mudah. Pola politik transaksional di Indonesia mendukung. Kepala daerah juga bisa mengeluarkan izin. Karenanya, para pengusaha juga lebih memilih untuk membuka lahan," ujar Zenzi.

Berdasarkan catatan Walhi, telah banyak hutan yang dikorbankan untuk kelapa sawit. Hutan yang dibuka dengan pengusulan secara langsung sudah sebanyak 6,2 juta hektar. Sementara hutan yang dibuka secara kolektif dan transaksional antara tahun 2009 hingga 2013 mencapai 12,35 juta hektar.

Banyak pengeluaran izin tidak berdasarkan kajian yang memadai dan kalaupun mempunyai kajian lingkungan, penerapan kaidah lingkungan dalam praktik Industri HTI dan Perkebunan masih jauh dari sikap bertanggung jawab.

Zenzi juga mengatakan banyaknya praktik curang untuk mendapatkan perizinan. Sebagai contoh, pihak perkebunan meminta pihak lain merusaknya terlebih dahulu atau mengubahnya menjadi lahan kritis sehingga bisa diusulkan sebagai lahan yang bisa dikelola. Kasus ini, kata Zenzi, pernah terjadi di Bengkulu.

Peristiwa kabut asap, di mana Indonesia baru terlihat bereaksi setelah ada protes dari Singapura, seharusnya menjadi momen evaluasi akan perizinan pembukaan hutan dan aktivitas perusakan hutan, termasuk untuk tujuan perkebunan kelapa sawit.

Indonesia tak bisa terus hanya mengejar menjadi produsen sawit terbesar. "Jangan latah ingin menjadi nomor satu. Pada saatnya nanti, akan ada titik jenuh," ungkap Zenzi saat dihubungi Kompas.com, Jumat hari ini.

Zenzi juga mengatakan bahwa pemerintah harus mengubah pola pikirnya. "Selama ini, kelapa sawit dibilang memberikan mata pencaharian. Nyatanya kelapa sawit justru menghilangkan sumber kehidupan masyarakat."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Terkini Lainnya

    Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
    Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
    Fenomena
    Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
    Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
    Fenomena
    Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
    Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
    Kita
    Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
    Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
    Oh Begitu
    Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
    Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
    Oh Begitu
    Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
    Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
    Oh Begitu
    Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
    Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
    Oh Begitu
    Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
    Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
    Kita
    NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
    NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
    Fenomena
    Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
    Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
    Oh Begitu
    Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
    Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
    Oh Begitu
    Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
    Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
    Oh Begitu
    Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
    Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
    Oh Begitu
    Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
    Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
    Fenomena
    Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
    Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
    Kita
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Komentar di Artikel Lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau