Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hujan Bulan Juni"

Kompas.com - 14/06/2013, 11:36 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Hujan masih juga belum berhenti, padahal ini sudah bulan Juni. Mustinya di bulan ini sudah masuk kemarau. Kepala BMKG, Dr. Ir. Sri Woro B. Harijono, M. Sc pada 28 Februari 2013 yang lalu di Jakarta bicara, kemarau tahun ini lebih cepat dari biasanya, "Sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada bulan April, Mei, dan Juni 2013."

Seharusnya musim pancaroba juga sudah lewat. Tapi rasanya kita tetap berada pada suasana serba nanggung. Musim penghujan bukan, kemarau juga tidak. Itulah pancaroba, seperti remaja yang sedang di persimpangan jalan. Ah... mirip benar dengan situasi negeri ini yang kerap berada di tengah jalan, penuh keraguan, bimbang, disertai galau yang berkepanjangan.

Pancaroba adalah masa peralihan antara dua musim utama di daerah iklim muson, yaitu antara musim penghujan dan musim kemarau. Pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau biasa terjadi pada bulan Maret dan April.

Memasuki musim pancaroba menyebabkan cuaca yang terjadi di Jakarta mengalami sedikit perubahan. Belum lama ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi terjadi peningkatan aktivitas pembentukan awan hujan di wilayah Jabodetabek yang berpotensi terjadi hujan disertai angin.

Kepala Bidang Komunikasi BMKG, Harry Tirto Djatmiko mengatakan, keadaan demikian akan berlangsung hingga Senin (17/6/2013) pekan depan. Memasuki musim peralihan, intensitas curah hujan memang sudah tidak terlalu besar seperti beberapa bulan sebelumnya, namun berbeda dengan angin. "Ini masih akan terjadi hingga Senin pekan depan," kata Harry, seperti dilansir Rabu (12/6/2013).

Musim pancaroba, peralihan dari musim hujan ke kemarau, berlangsung lebih panjang dibandingkan normalnya. Awal kemarau di sejumlah daerah mundur mulai dari 10 hari hingga sebulan. Demikian kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Edvin Aldrian, Senin (27/5/2013), di Jakarta.

Edwin menambahkan, kondisi ini antara lain, dipengaruhi menghangatnya suhu muka laut di kawasan barat Indonesia, yaitu perairan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Akibatnya, curah hujan relatif tinggi di kawasan itu. "Kondisi banyak hujan akan berlangsung hingga Juni mendatang," terang Edvin.

Peningkatan suhu muka laut dibandingkan normalnya antara 0,5 derajat dan 1 derajat celsius. Hal ini yang menyebabkan banyak hujan di zona musim (ZOM) di barat Indonesia. Kondisi lokal ini lebih dominan dibandingkan regional. Di Samudra Pasifik suhu muka laut yang semula hangat kini normal.

***

Tapi ini sudah Juni, musim seharusnya sudah berganti. Pergerakan matahari mengubah peta suhu udara dan permukaan tanah dan samudera. Perbedaan suhu akan mengubah konsentrasi uap air di udara. Biasanya musim hujan terjadi pada bagian bumi yang tengah mengalami posisi zenith peredaran semu Matahari.

Ya ya, matahari memang sedang beranjak ke utara. Di utara, matahari membangkitkan tanaman yang sebelumnya dipeluk salju. Daun-daun mulai bersemi, udara hangat, mengusir gigil.

"Hujan bulan Juni, Ju..., hujan bulan Juni!" Begitu pesan Rita kepada Juha melalui SMS.

Sebuah pesan yang amat romantis sekaligus mengkhawatirkan. Ya, ya, hujan di bulan Juni selain mengandung pesan betapa musim sedang sungsang, juga senantiasa mengingatkan Juha pada larik-larik puisi karya Sapardi Djoko Damono yang amat liris itu.
Simaklah ini:

tak ada yang lebih tabah /dari hujan bulan juni /dirahasiakannya rintik rindunya /kepada pohon berbunga itu

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com