Sebagai kapal yang menjadi saksi perusakan lingkungan, ada risiko besar yang dihadapi Rainbow Warrior III. Generasi pertama Rainbow Warrior adalah kapal pukat ikan untuk penelitian milik Kementerian Pertanian, Perikanan, dan Pangan Pemerintah Inggris.
Kapal ini tenggelam, dibom dinas rahasia luar negeri Perancis saat melakukan kampanye anti-uji coba nuklir Perancis di perairan Laut Pasifik, tahun 1985, yakni tujuh tahun setelah beroperasi. Kapal Rainbow Warrior II yang juga hasil konversi beroperasi tahun 1989-2011.
Ksatria Pelangi III alias Rainbow Warrior III yang sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 6-9 Juni 2013, merupakan kapal pertama yang dipesan khusus sesuai tujuan, yaitu untuk kampanye dan untuk penelitian. Kapal ini mulai mencebur air pada 14 Oktober 2011.
Sebagai kapal penelitian, kapal ini bisa mengangkut peralatan hingga 8 ton. Penelitian di atas kapal penting guna mengetahui apa yang sebenarnya sedang menimpa planet kita.
Untuk bisa terhubung dengan dunia luar di seluruh dunia pada saat kampanye berlangsung, kapal dilengkapi sistem komunikasi berbasis satelit. Sambungan satelit tersedia di kapal. Tindak kejahatan lingkungan bisa disiarkan langsung dari atas kapal. Dari kapal juga bisa dilakukan telekonferensi ke kantor pusat. Kalau perlu ada keputusan cepat, bisa segera diambil keputusan. Rainbow Warrior III juga bisa didarati helikopter.
Bukan sekadar mengecat hijau, lambang lingkungan, di lambungnya, secara keseluruhan kapal Rainbow Warrior III dirancang ramah lingkungan. Ini ditandai dengan karakteristik hemat energi serta sistem pengelolaan limbah yang ramah lingkungan. Kapal ini dirancang bisa beroperasi di berbagai zona iklim karena dilengkapi dengan insulasi yang canggih.
Bermula dari desain bentuk kapal, sudah dirancang agar kapal ini hemat energi. Bentuk kapal dibuat ramping untuk mengurangi friksi.
Menurut Adrian dari Panama yang sudah tujuh tahun bersama kapal tersebut, ”Kapal ini menggunakan (energi) angin untuk berlayar. Hampir sepanjang waktu sebisa mungkin kami menggunakan layar. Penggunaan bahan bakar fosil amat minim.”
Kapal hasil rancangan arsitek kapal yang berkantor di Amsterdam, Belanda, Gerard Dijkstra & Partners, itu menggunakan bahan-bahan ringan seperti aluminium untuk struktur utama. Tujuannya untuk mengurangi bobot. Adapun lambungnya dari bahan baja.
Layar dirancang sedemikian rupa agar bisa menangkap tenaga dorong angin secara maksimal. ”Kecepatan dengan layar sampai sekitar 13 knot (1 knot > 1 mil laut per jam > 1,852 km per jam),” ujar Adrian. Cakupan kecepatan antara 7-15 knot.
Kapal ini juga hemat listrik, hanya memasang 300 kW. Kapasitas bahan bakar sekitar 110.000 liter, dengan kapasitas air bersih 32.000 liter.
Pengelolaan sampah yang baik merupakan ciri sikap ramah lingkungan. Masuk ke ruang-ruang Rainbow Warrior III kesan pertama adalah bersih dan rapi. Meski semua area terasa sempit, tak terasa menyesakkan karena rapi dan bersih.
Aturan mainnya, semua awak kapal memiliki tugas masing-masing guna menjaga kebersihan kapal. Pembagian tugas ditulis di papan khusus.
Sampah dibagi dalam dua klasifikasi utama, organik dan anorganik. Sampah organik dibuang di laut pada jarak lebih jauh dari 12 mil laut.
”Kalau jarak masih dekat dengan perairan sebuah negara, kami simpan dulu sampah kami,” ujar Zamzami, urusan media dari Greenpeace.
Di salah satu ruangan berpendingin, disimpan sampah organik yang belum dibuang. Di dalamnya ada sistem pengolahan air limbah secara biologis serta sistem aliran udara untuk mencegah bau sampah menembus.
Air limbah dan air laut didaur ulang di dalam kapal, menjadi air bersih. Pemanasan air di atas kapal dilakukan menggunakan generator mesin, tanpa pemanas khusus lagi.
Itulah anatomi tubuh Ksatria Pelangi III. Kapal ramah lingkungan itu rupanya juga membutuhkan sikap ramah lingkungan penumpangnya.