Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinamika di Samudra Hindia Memicu Hujan Lebat

Kompas.com - 12/06/2013, 13:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat tekanan rendah berpeluang menjadi bibit badai tropis di barat daya Lampung di Samudra Hindia. Kondisi itu kembali memicu gangguan cuaca di sebagian besar Jawa dan sebagian Sumatera.

”Munculnya mendadak dan menyebabkan hujan lebat, khususnya di Jawa bagian barat,” kata Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hariadi, Selasa (11/6/2013), di Jakarta.

Hujan di Jawa beberapa hari ini pernah diprediksi melemah dan hanya dipengaruhi konveksi/penguapan lokal. Hariadi mengakui, prediksi itu keliru.

Dinamika kelautan di Samudra Hindia cepat berubah dan sulit diprediksi. Salah satu faktanya, mendadak muncul pusat tekanan rendah di barat daya Lampung yang cepat menguat.

”Pusat tekanan rendah karena suhu muka laut hangat. Lalu terjadi penguapan dan pembentukan awan-awan hujan yang kini mengganggu cuaca di Jawa dan Sumatera,” kata Hariadi.

Dampak di daerah

Di Malang, Jawa Timur, anomali cuaca membuat sebagian petani bimbang menentukan jenis komoditas yang akan ditanam. Akibatnya, banyak lahan sawah dibiarkan saja. ”Mau menanam padi khawatir hujannya habis. Mau menanam sayur, takut rusak akibat hujan berkepanjangan,” kata Kepala Desa Jeru, Subiyanto (51). Di desa terdapat 35 hektar lahan sawah.

Di Magelang, Jawa Tengah, intensitas hujan tinggi membuat produksi stroberi merosot drastis. Tahun-tahun sebelumnya, dengan cuaca yang biasanya mulai panas dan minim hujan seperti periode Mei-Juni, sebenarnya waktu puncak panen stroberi.

Yati (25), petani asal Desa Banyuroto, mengatakan, pada saat cuaca panas seperti Juni tahun lalu, sekitar 10.000 tanaman stroberi yang ia tanam menghasilkan panen 20 kilogram stroberi per hari. Saat ini, hasil panen berkisar 2-3 kilogram per hari.

”Terlalu sering terguyur hujan, bunga tanaman stroberi akhirnya rontok dan sebagian busuk. Akhirnya urung menjadi buah,” Yati menjelaskan. Kerugian juga dirasakan petani sayur dan tembakau. (NAW/WER/EGI)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com