BANYUWANGI, KOMPAS.com — Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi menemukan indikasi pencemaran lingkungan di kawasan industri perikanan Muncar di Selat Bali. Industri pengolahan ikan dan industri rumah tangga diduga terlibat.
Pantai Muncar dipenuhi sampah dan bangkai ikan busuk. Muara sungai keruh, kehitaman, berminyak, dan bau. Selain dipenuhi sampah plastik dan organik membusuk, Pantai Muncar juga tercemar kaporit dan logam berat seperti merkuri yang melebihi ambang batas aman.
Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Banyuwangi Husnul Chotimah, Kamis (6/6/2013), tim peneliti mengambil sampel air di Pantai Muncar sepekan lalu. Kini, sampel diuji di laboratorium. ”Curiga ada kandungan merkuri,” ujarnya.
Merkuri, kata Husnul, dipakai untuk menjernihkan limbah minyak ikan yang dibuang pabrik. Selama ini, pemulung memunguti sisa minyak ikan yang dibuang ke selokan. Minyak ikan itu diproses lagi untuk dijernihkan.
Selain merkuri, diduga kandungan kaporit (tawas) melebihi ambang batas. Tawas untuk memproses ubur-ubur sebelum diekspor. Pada Juni-September, tangkapan ubur-ubur di Muncar melimpah. Setiap hari berton-ton ubur-ubur diproses warga di tepi pantai memakai tawas.
”Banyak pengolah ubur-ubur memakai tawas sembarangan agar cepat kesat. Padahal, merusak lingkungan,” kata Ivan Candra, peneliti pada laboratorium BLH.
Pabrik Tanpa IPAL
Catatan BLH Banyuwangi, 8 dari 18 pabrik pengolahan ikan di Muncar tanpa instalasi pembuangan air limbah (IPAL). Pabrik itu dilarang beroperasi sebelum IPAL dibuat. BLH juga meminta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim lebih aktif mengawasi pabrik dan industri rumahan terkait limbah.
Sebagian nelayan juga mengeluhkan pencemaran lingkungan parah. ”Setahun lalu, ikan sungguh langka, padahal sejak 1970-an Muncar pusat penghasil lemuru. Kami harap pabrik-pabrik besar tak lagi membuang limbah agar kami tetap memperoleh ikan,” kata Mahtab Ali (50), nelayan Muncar. (NIT)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.