Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2013 Rentan Pangan dan Buah

Kompas.com - 05/06/2013, 02:33 WIB

Pembuahan manggis butuh waktu kering atau musim kemarau, 2-3 bulan. Durasi kemarau lalu kurang dari dua bulan sehingga pembuahan tak maksimal.

Sementara itu, di Bima, NTB, petani bawang merah juga merugi. ”Umbi kehitaman dan hancur ketika dipegang. Daun membusuk karena terlalu banyak diguyur hujan,” kata Ketua Kelompok Tani Kalate di Desa Lido, Kabupaten Bima, Jahdian (53).

Di luar salak, manggis, dan bawang merah, ancaman juga berlaku untuk industri gula. Di Kudus, Jawa Tengah, dilaporkan produksi gula rakyat terhambat. Cuaca tak menentu juga membuat biaya tebang angkat tebu membengkak.

Administratur Pabrik Gula (PG) Rendeng PT Perkebunan Nusantara IX Teguh Agung Tri Nugroho mengatakan, hujan di Kudus yang tinggi memperlambat pasokan bahan baku tebu. PG Rendeng yang biasa menggiling tebu 24.000 kuintal per hari, kini 18.000-22.000 kuintal per hari.

”Realisasi produksi gula jadi tak sesuai target. Dalam 15 hari giling, PG Rendeng hanya mampu memproduksi gula 1.125 ton, seharusnya 3.750 ton,” kata dia. Cuaca tak menentu menyebabkan rendemen/kadar gula tebu rendah, yaitu 6,51 persen. Target rendemen PG Rendeng 7,2 persen.

Di Malang, Jawa Timur, dampak cuaca ekstrem mengganggu masa berbunga jenis krisan dan pikok. ”Biasanya, awal Juni seperti ini sudah kemarau dan produksi bunga sangat bagus,” ucap Nyarmu, petani di Beru, Kecamatan Bumi Aji.

Saat cuaca bagus, ia biasa memanen 800-1.000 kuntum bunga krisan per pekan. Kini, seperempatnya, 200-400 kuntum setiap minggu. Begitu pula dengan bunga pikok. Di Jatim dan Jateng, cuaca juga mengganggu perkebunan tembakau.

Tanaman pangan

Bila jenis hortikultura terdampak buruk, kondisi tanaman pangan menunjukkan optimisme. Penanaman padi musim kedua (April-September) diperkirakan sukses.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, masih ada penyerapan pupuk. ”Itu berarti petani masih menanam hingga bulan ini,” kata Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Gatot Irianto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com