Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 03/06/2013, 17:55 WIB
|
Editoryunan

KOMPAS.com — Upaya meneliti, menginjakkan kaki, dan mengolonisasi Mars menemui tantangan. Riset terbaru menunjukkan, total radiasi yang akan diterima manusia saat perjalanan ke Mars melebihi dosis maksimal.

Instrumen Radiation Assesment Detector (RAD) kendaraan antariksa Curiosity mengukur total radiasi yang diterimanya selama 253 hari dan 560 juta kilometer perjalanan menuju Mars. Hasil pengukuran dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (31/5/2013).

Eddie Semones seperti dikutip Universe Today, Minggu (2/6/2013), mengungkapkan bahwa berdasarkan pengukuran, total radiasi yang diterima astronot selama misi pulang dan pergi ke Mars yang lebih dari setahun akan melebihi dosis yang diperbolehkan sepanjang karier astronot itu.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memiliki kebijakan bahwa radiasi yang diterima oleh astronot tak boleh meningkatkan risiko kanker lebih dari 3 persen. Untuk ilustrasi, radiasi sebesar 1.000 milisievert sepanjang karier akan meningkatkan risiko kanker 5 persen.

Diberitakan Space.com, Jumat lalu, jumlah radiasi yang diterima terukur oleh instrumen RAD sebesar 1,8 milisievert setiap harinya. "Berdasarkan data ini, dan model kami yang melakukan konfirmasinya, kita akan menerima lebih dari batas 3 persen," kata Semones.

Radiasi di permukaan diduga lebih rendah. Berdasarkan pengukuran awal, radiasi yang diterima sebesar 0,7 milisievert, lebih kurang sama dengan radiasi yang diterima astronot di International Space Station (ISS).

Tantangan melakukan misi ke Mars dan mengolonisasinya memang berat. Namun, bukan berarti hal itu menjadi alasan untuk berhenti berupaya. Beberapa teknologi bisa dikembangkan untuk mendukung upaya mewujudkan misi ke planet merah.

Semones mengatakan, salah satu yang perlu dikembangkan adalah teknologi propulsi. Pengembangan teknologi ini akan membantu menyingkat waktu perjalanan ke Mars sehingga radiasi yang diterima bisa lebih kecil.

"Kita perlu ke sana lebih cepat untuk mengurangi dampak sinar radiasi kosmos, tetapi kita perlu pelindung, pelindung lokal, untuk melindungi efek dari partikel Matahari. Jadi ini bisa berjalan bersamaan," urai Semones.

Agar perjalanan ke Mars lebih cepat, salah satu yang perlu diupayakan adalah teknologi propulsi yang jauh lebih baik. Chris Moore, Deputi Direktur Eksplorasi Lanjut NASA, mengatakan bahwa teknologi nuclear thermal rocket menjanjikan walaupun masih perlu dikembangkan.

Sementara soal pelindung, Moore mengungkapkan bahwa air punya potensi untuk mengurangi radiasi. Hidrogen yang terkandung dalam air terbukti menjadi pelindung efektif dari radiasi sinar kosmos. Dengan pengembangan teknologi, misi ke Mars pasti terwujud. Tetapi, apakah akan terwujud pada 2030 seperti yang direncanakan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Jangan Lakukan Lagi, Ini Bahaya Pakai Headphone Saat Tidur

Jangan Lakukan Lagi, Ini Bahaya Pakai Headphone Saat Tidur

Kita
Apa yang Terjadi pada Tubuh Jika Makan Oat Setiap Hari?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Jika Makan Oat Setiap Hari?

Kita
6 Buah yang Mengandung Serat Paling Tinggi

6 Buah yang Mengandung Serat Paling Tinggi

Oh Begitu
Mengapa Burung Hantu Memiliki Kaki yang Panjang?

Mengapa Burung Hantu Memiliki Kaki yang Panjang?

Oh Begitu
Ilmuwan Coba Hidupkan Lagi Bison Purba dari 8000 Tahun Lalu

Ilmuwan Coba Hidupkan Lagi Bison Purba dari 8000 Tahun Lalu

Fenomena
Tips Puasa Ramadan Sehat ala Ahli Diet

Tips Puasa Ramadan Sehat ala Ahli Diet

Kita
Apa Saja Gejala Paru-paru yang Tidak Sehat?

Apa Saja Gejala Paru-paru yang Tidak Sehat?

Kita
4 Cara Mengatasi Bibir Kering dan Pecah-pecah dengan Bahan Alami

4 Cara Mengatasi Bibir Kering dan Pecah-pecah dengan Bahan Alami

Oh Begitu
Apa Efek Makan Banyak Saat Berbuka Puasa?

Apa Efek Makan Banyak Saat Berbuka Puasa?

Oh Begitu
Apakah Bisa Bersin saat Tidur?

Apakah Bisa Bersin saat Tidur?

Oh Begitu
Seperti Apa Beton untuk Membangun Pemukiman di Mars?

Seperti Apa Beton untuk Membangun Pemukiman di Mars?

Oh Begitu
Seperti Apa Bukti Meteor yang Tabrak Bumi pada 3,48 Miliar Tahun Lalu?

Seperti Apa Bukti Meteor yang Tabrak Bumi pada 3,48 Miliar Tahun Lalu?

Fenomena
Apa Itu Fenomena Okultasi?

Apa Itu Fenomena Okultasi?

Fenomena
Apa yang Membentuk Batu Ginjal?

Apa yang Membentuk Batu Ginjal?

Oh Begitu
Apa Penyebab Keringat Dingin?

Apa Penyebab Keringat Dingin?

Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+