Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/06/2013, 16:46 WIB

Tingginya suhu muka laut, misalnya Samudra Hindia, seperti sekarang banyak menimbulkan pusat tekanan rendah yang tak berhasil meningkat menjadi bibit siklon atau menjadi siklon. Namun, hujan lebat tetap berlangsung dengan intensitas tinggi di Jawa bagian barat dan Sumatera bagian selatan.

Kejadian siklon di Samudra Hindia selatan Indonesia pada 2012-2013 tercatat 10 kejadian. Dari 10 kejadian siklon di selatan Indonesia itu, ada dua kali (Iggy dan Heidi) pada Januari 2012. Pada Januari 2013, jumlah siklon melonjak jadi empat kali (Narelle, Victoria, Oswald, dan Peta). Selain itu, dua siklon (Koji dan Lua) terjadi pada Maret 2012, satu kali (Mitchel) pada Desember 2012, dan satu kali (Rusty) pada Februari 2013.

Kejadian siklon di utara Indonesia (Samudra Pasifik barat laut) pada periode tahun yang sama antara 2012-2013, ternyata jauh lebih tinggi. Jumlah kejadian ada 23 kali siklon. Siklon terakhir tercatat Februari 2013, yaitu siklon Shan-Shan. Jumlah kejadian terbanyak pada Oktober 2012 sebanyak lima kali siklon, disusul Juni dan Agustus masing-masing empat siklon.

Kondisi Juni

Kondisi banyak hujan secara hampir merata di Indonesia bagian barat dan timur bisa terjadi selama Juni 2013. Ini dengan asumsi intensitas siklon di utara Indonesia pada Juni 2013 tetap tinggi, tak beda jauh dengan tahun sebelumnya, sebanyak empat kali.

Pengajar pada Departemen Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Zadrach Leudofij Dupe, mengatakan, gangguan cuaca saat ini merupakan hasil kombinasi kejadian La Nina lemah di Samudra Pasifik barat, Dipole Mode (kondisi yang ditandai beda suhu muka air laut) di Samudra Hindia, dan suhu muka laut hangat di wilayah perairan Indonesia.

”Gangguan cuaca yang terjadi sekarang akibat pengaruh lokal, regional, dan global,” katanya.

Pengaruh lokal ditunjukkan dengan adanya konveksi/penguapan yang kuat saat pancaroba. Kemudian mudah terbentuk awan kumulonimbus yang menjulang secara tiba-tiba dan menimbulkan banyak petir.

Pengaruh regional ditunjukkan oleh fenomena La Nina lemah di Samudra Pasifik barat dan Dipole Mode di Samudra Hindia. Pengaruh global ditengarai adanya kejadian ekstrem panas dan dingin pada setiap musim. Misalnya, di belahan bumi selatan pada musim panas tercapai rekor suhu terpanas. Begitu pula pada musim dingin di belahan bumi utara, tercapai rekor suhu terdingin.

”Penjalaran atau osilasi udara (Madden-Julian Oscillation/ MJO) dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik juga berpengaruh kuat,” kata Zadrach.

Menurut Zadrach, saat ini terjadi keganjilan fenomena cuaca yang diperkirakan menyebabkan kemarau basah sepanjang tahun 2013. Kondisinya mirip tahun 2010.

Bila kemarau basah pada 2010 disebabkan La Nina, pada 2013 disebabkan gabungan La Nina di Samudra Pasifik dan Dipole Mode di Samudra Hindia. Kedua fenomena itu saling memperkuat sehingga banyak hujan saat kemarau.

Merunut riwayat cuaca sejak tahun 1900, kondisi ini bukan istimewa. Yang dibutuhkan sekarang adalah kesadaran bersama menjaga lingkungan supaya masyarakat bisa hidup berdamai dengan ketidakpastian iklim dan cuaca.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com