KOMPAS.com — Anda mungkin berjalan seperti simpanse tanpa Anda ketahui. Penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 13 manusia memiliki kaki mirip kaki simpanse.
Buku teks mengatakan bahwa kaki manusia kaku sehingga mendukung aktivitas berjalan di atas permukaan tanah. Sementara pada jenis kera lain, kaki fleksibel sehingga mendukung aktivitas memanjat pohon.
Namun, Jeremy DeSilva dan Simon Gill dari Boston University, berdasarkan hasil penelitiannya, mengatakan bahwa pernyataan dalam banyak buku teks itu salah.
DeSilva dan Gill melakukan survei pada 400 orang dewasa. Mereka meminta para sukarelawan dalam studi untuk berjalan dengan kaki telanjang di sekitar Boston Museum of Science.
Dari survei yang dipublikasikan di American Journal of Physical Anthropology pada 17 Mei 2013 itu, diketahui bahwa 8 persen manusia punya fleksibilitas pada kaki tengah.
Sementara dalam studi yang dilakukan Robin Huw Crompton dari University of Liverpool yang akan segera dipublikasikan, dinyatakan bahwa kaki tengah yang fleksibel mungkin jauh lebih umum dari yang ditemukan DeSilva dan Gill.
Seperti apa kaki fleksibel? Ball of the foot (yang menghubungkan jari dengan bagian kaki lain) membengkok, juga bagian antara telapak kaki belakang dan ball of the foot.
Kaki manusia memiliki sendi pada bagian yang disebut di atas. Pada sebagian besar manusia, ada ligamen kaku di sekitar sendi yang membuat bagian di atas kaku. Sementara pada sebagian manusia, ligamen lebih fleksibel sehingga juga mendukung fleksibilitas.
Rekaman close up menunjukkan, pada pemilik kaki fleksibel, tekukan saat berjalan sangat jelas. Namun, pemilik kaki itu tak menyadari. "Saya terkejut dan terus terkejut karena ini," kata DeSilva seperti dikutip New Scientist, Kamis (30/5/2013).
Crompton mengatakan bahwa kaki fleksibel ini mungkin ada sejak awal perkembangan spesies manusia. Beberapa ciri lain mungkin hilang di tengah perjalanan evolusi. Simpanse, misalnya, memiliki jari-jari yang berlawanan sehingga membantu menggenggam.
Menurut Crompton, kaki bisa memiliki stabilitas karena terkait adaptasi dari kegiatan seseorang. "Misalnya, riset kami menunjukkan bahwa ini penting dalam perubahan kecepatan gerak tiba-tiba," katanya.
Namun, DeSilva punya pandangan berbeda. Menurutnya, kaki fleksibel membuat gerak jalan manusia tidak efisien. Ciri ini merugikan nenek moyang manusia yang meninggalkan pohon pada masa lalu.
Menurut DeSilva, kaki fleksibel adalah sebuah ciri yang dulu hilang, tetapi muncul lagi. "Tebakan saya adalah kita menjadi lebih bervariasi dibanding dulu, mungkin karena sepatu memengaruhi anatomi kaki kita," ungkap DeSilva.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.