Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Pertama dengan Seorang Lelaki "Mati"

Kompas.com - 27/05/2013, 17:49 WIB

"Saya tak bisa mengatakan saya telah kembali normal sekarang, tetapi saya merasa jauh lebih baik dan bisa pergi keluar serta melakukan sesuatu di sekeliling rumah," kata Graham.

"Saya tak merasakan otak mati itu lagi. Hanya merasa aneh saja kadang-kadang," tambahnya.

Pengalaman Graham mengubah cara pandangnya tentang kematian. Graham menuturkan, "Saya tak merasa takut akan kematian. Tapi ini tak terkait dengan apa yang terjadi, semua orang akan mati pada akhirnya. Saya merasa beruntung bisa hidup saat ini."


Catatan

National Institute of Health (NIH) di Amerika Serikat menyatakan bahwa sindrom Cotard dideskripsikan pertama kali pada tahun 1882 oleh seorang dokter bernama Julie Cotard. Hingga saat ini, tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan gejala neurologis ini. Fokus penanganan biasanya pada sindrom yang dialami. Orang yang mengalami sindrom Cotard biasanya akan mendapatkan obat anti-depresi dan anti-psikosis. Penderita biasanya juga akan menerima electroconclusive therapy (ECT) atau bahasa mudahnya terapi dengan setrum.

Kasus sindrom Cotard juga pernah dilaporkan pada tahun 2008 oleh Anne Ruminjo dari Departemen Psikiatri, Beth Israel Medical Center, New York. Laporan dimuat di jurnal Psychiatry pada 5 Juni 2008. Dalam laporan itu, seorang wanita Filipina berusia 53 tahun mengeluh bahwa dirinya telah mati dan berbau seperti daging busuk. Ia mengalami ketidakseimbangan elektrolit. Kondisinya membaik setelah diberikan beberapa obat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com