Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 12/05/2013, 11:42 WIB
|
EditorAgus Mulyadi

BRISBANE, KOMPAS.com - Penurunan kuota impor sapi dari Australia yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, tampaknya semakin berdampak buruk bagi industri ternak di Australia.

Dua menteri pertanian dari negara bagian Queensland dan Northern Territory berkunjung ke Jakarta hari Minggu (12/5/2013), guna mengyakinkan pemerintah Indonesia untuk menaikkan kuota impor.

Menteri Pertanian Queensland John McVeigh, dan Menteri Industri Utama dari Northern Territory Westra van Holthe, akan melakukan kunjungan ke berbagai tempat seperti rumah pemotongan hewan, pasar tradisional, dan supermarket, guna melihat bagaimana proses penjualan sapi di Indonesia," demikian laporan news.com. au, Minggu (12/5/2013).

Tahun 2011, pemerintah Federal Australia melarang eskpor sapi ke Indonesia, menyusul adanya laporan tata cara pemotongan hewan yang dianggap "kejam".  Dengan Indonesia adalah pasar ekspor daging sapi terbesar Australia, keputusan itu sangat mempengaruhi industri ternak, karena sebagai tindakan pembalasan Indonesia kemudian mengurangi kuota impor.

Sekarang menurut John McVeigh, dengan musim kering kembali melanda beberapa bagian Australia, jatuhnya harga ternak, dan juga sulitnya menjual ternak ke negara lain membuat para peternak sapi Australia mengalami kesulitan ekonomi.

"Turunnya kuota ekspor ke Indonesia menjadi sumber masalah utama, dan banyaknya ternak yang tidak bisa dijual sangat menyusahkan peternakan juga yang mengalami masalah kekeringan." kata John McVeigh.

"Kami perlu melakukan sesuatu untuk membangun kembali hubungan antarpemerintah, dengan mitra ternak sapi terbesar kita." tambah McVeigh.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, sebenarnya penurunan kuota impor sapi yang dilakukan Indonesia merugikan kedua negara, baik Indonesia maupun Australia. Ketidakmampuan Indonesia melakukan swasembada produksi, menyebabkan harga daging sapi melonjak tajam.

Namun di Australia dengan tekanan yang kuat dari kelompok penyayang binatang, Australia, belum banyak melakukan lobi untuk meningkatkan ekspor karena belum bisa memastikan tidak akan terjadi lagi "penganiayaan" terhadap sapi di rumah pemotongan hewan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apakah Hewan Juga Bisa Menopause?

Apakah Hewan Juga Bisa Menopause?

Oh Begitu
Berapa Lama Kura-kura dan Penyu Bisa Hidup?

Berapa Lama Kura-kura dan Penyu Bisa Hidup?

Oh Begitu
5 Manfaat Jus Mengkudu untuk Kesehatan

5 Manfaat Jus Mengkudu untuk Kesehatan

Oh Begitu
Sejak Kapan FIFA Didirikan?

Sejak Kapan FIFA Didirikan?

Oh Begitu
Apa Saja Manfaat Buah Delima untuk Kesehatan?

Apa Saja Manfaat Buah Delima untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Si Minions “Arthropoda Tanah” sebagai Penyelamat Tanah yang Butuh Perhatian untuk Generasi Sekarang dan Masa Datang

Si Minions “Arthropoda Tanah” sebagai Penyelamat Tanah yang Butuh Perhatian untuk Generasi Sekarang dan Masa Datang

Fenomena
Hewan-hewan Punah yang Coba Dihidupkan Lagi dengan Teknologi

Hewan-hewan Punah yang Coba Dihidupkan Lagi dengan Teknologi

Oh Begitu
Seberapa Banyak Organ dalam Tubuh Manusia?

Seberapa Banyak Organ dalam Tubuh Manusia?

Oh Begitu
Lebih Sehat Mana Minum Air Dingin atau Hangat?

Lebih Sehat Mana Minum Air Dingin atau Hangat?

Oh Begitu
Mengapa Saat Stres Selalu Ingin Buang Air Kecil?

Mengapa Saat Stres Selalu Ingin Buang Air Kecil?

Oh Begitu
Apa Saja Mamalia yang Bisa Ditemukan di Gunung Merapi?

Apa Saja Mamalia yang Bisa Ditemukan di Gunung Merapi?

Oh Begitu
Apa Saja Makanan yang Baik untuk Berbuka Puasa?

Apa Saja Makanan yang Baik untuk Berbuka Puasa?

Oh Begitu
Indikator Kesejahteraan Lokal

Indikator Kesejahteraan Lokal

Fenomena
Mengapa Anak-anak Bisa Belajar Hal Baru dengan Cepat?

Mengapa Anak-anak Bisa Belajar Hal Baru dengan Cepat?

Oh Begitu
Apakah Efek pada Wajah Saat Berolahraga Memakai Make-up?

Apakah Efek pada Wajah Saat Berolahraga Memakai Make-up?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+