Jakarta, Kompas
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian, Senin (6/5), di Jakarta. Ia menanggapi pernyataan Ketua Masyarakat Akunting Sumberdaya Alam dan Lingkungan Indonesia (MASLI) Bambang Setiadi tentang belum adanya data emisi karbon skala nasional di Indonesia.
Stasiun pemantau gas rumah kaca (GRK) yang beroperasi sejak tahun 2004, kata Kepala BMKG Sri Woro B Harijono, masuk dalam jejaring Global Atmospheric Watch (GAW) yang dikoordinasi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Data dari stasiun GAW di Kototabang meliputi unsur karbon dioksida (CO
Saat ini dipersiapkan pembangunan stasiun pemantau di Poso, Sulawesi Tengah, dan Sorong, Papua, untuk mengetahui kondisi udara di kawasan tengah dan timur Indonesia. Stasiun di Poso, kata Edvin, akan beroperasi tahun 2014. Stasiun Sorong masih tahap penyediaan lahan.
Dalam pemantauan kualitas udara skala perkotaan, BMKG tahun ini membangun 15 stasiun di kota besar di Indonesia, dari Medan hingga Makassar. Sistem pemantau yang diterapkan adalah Flask Sampler, yaitu pengambilan contoh udara kemudian diuji di laboratorium untuk mengetahui komposisi gas CO
Data pemantauan akan dikumpulkan di stasiun pusat BMKG untuk dianalisis. Edvin yakin data itu memadai untuk mengetahui tingkat emisi karbon di Indonesia.