Banda Aceh, Kompas -
Direktur Fauna and Flora International (FFI) Regional Asia Pasifik Tony Whitten di sela konferensi tentang perlindungan keanekaragaman hayati tropika di Banda Aceh, Rabu (20/3), mengatakan, populasi badak saat ini di bawah 100 ekor. Jumlah itu paling sedikit dibandingkan dengan tiga jenis hewan khas Sumatera lain yang dilindungi, yaitu harimau, gajah, dan orangutan, yang diperkirakan di atas 200 ekor.
”Badak tak bisa naik ke hutan di bukit atau gunung. Berbeda dengan harimau, gajah, atau orangutan yang masih bisa naik. Ketika hutan habitat hewan ini di dataran rendah rusak, hewan ini kehilangan semuanya,” katanya.
Perkembangbiakan badak sumatera juga lambat. Sekali hamil, badak betina hanya melahirkan seekor anak. Berbeda dengan harimau yang melahirkan dua ekor anak. Masa kehamilan mamalia ini juga lebih panjang dari mamalia lain, yaitu 15 bulan.
Sekretaris Association for Tropical Biology and Conservation (ATBC) Antony J Lynam mengatakan, perlu ada langkah nyata dari pemerintah dan perusahaan perkebunan kelapa sawit agar pembukaan lahan perkebunan tak mengganggu konservasi flora dan fauna hutan di Sumatera. Hal itu dapat ditempuh dengan membuat koridor lintasan hewan-hewan dilindungi. Praktik itu cukup sukses dilaksanakan di Thailand.