Manusia Purba Punah karena Kurang Bergaul

Kompas.com - 13/03/2013, 14:45 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

LONDON, KOMPAS.com — Salah satu spesies manusia purba, Neanderthals, pernah hidup di wilayah Eropa, Asia Tengah, dan Timur Tengah selama 300.000 tahun. Namun, spesies itu menghilang dalam rekaman fosil sejak 30.000-40.000 tahun lalu.

Sebab kepunahan Neanderthals menjadi topik hangat dalam antropologi. Ada dugaan bahwa spesies itu punah karena tak sanggup mengatasi dampak perubahan iklim. Ada pula anggapan bahwa spesies itu punah gara-gara kalah berkompetisi dengan manusia.

Kini, pakar dari University of Oxford dan Natural History Museum di London punya hipotesis baru. Menurut mereka, Neanderthals punah karena kemampuan sosial yang rendah. Neanderthals terlalu banyak berinvestasi pada kemampuan melihat.

Membandingkan 32 tengkorak Homo sapiens atau manusia modern dan 13 tengkorak Neanderthals, ilmuwan mendapati bahwa spesies manusia purba itu punya rongga mata yang besar. Ini menjadi indikasi bahwa sebagian besar otak spesies ini bertanggung jawab dalam kontrol pengelihatan.

"Lebih banyak bagian dari otak Neanderthals yang didedikasikan untuk pengelihatan dan kontrol tubuh, meninggalkan sebagian kecil otak untuk mengontrol fungsi lain seperti membangun hubungan sosial," kata Eiluned Pearce, ilmuwan Oxford yang memimpin studi ini.

Proporsi otak Neanderthals berbeda dengan proporsi otak primata dan manusia saat ini. Bagian yang bertanggung jawab dalam membangun hubungan sosial lebih besar. Semakin besar bagian itu, maka semakin cerdas spesies membangun jejaring.

Riset arkeologis menunjukkan bahwa Neanderthals cuma punya kemampuan membangun jejaring dalam ukuran kecil. Spesies ini cuma mampu memindahkan sumber daya dalam jarak dekat. Kemampuan bertukar alias berdagang spesies ini juga diragukan.

Dalam kondisi ideal, keterbatasan Neanderthals mungkin tak masalah. Namun dalam kondisi sulit, seperti zaman es, keterbatasan meminimalkan peluang untuk tetap eksis. Inilah yang menjadi sebab kepunahan Neanderthals.

"Kalau Neanderthals punya lebih sedikit kenalan dalam lingkup sosialnya, maka hal ini berarti bahwa ada lebih sedikit bantuan yang bisa didapatkan dalam suatu peristiwa seperti gagal sumber daya," kata Pearce seperti dikutip AFP, Selasa (12/3/2013).

"Grup kecil juga sangat bergantung pada fluktuasi demografi yang berarti ada peluang lebih besar grup tertentu punah. Grup kecil sulit mempertahankan pengetahuan sehingga inovasi akan cenderung hilang," sambungnya.

Neanderthals diduga punya mata tajam karena terbiasa tinggal di lintang tinggi dengan cahaya minim. Sementara itu, manusia modern yang berevolusi di Afrika terbiasa dengan lingkungan yang cukup terang.

Kemampuan pengelihatan Neanderthals mungkin awalnya cukup membantu. Namun, dalam kondisi tak stabil, kemampuan sosial lebih dibutuhkan. Karena hal inilah manusia modern "memenangkan" lingkungan Bumi dan mendominasi hingga saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau