Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2013, 20:21 WIB

KOMPAS.com -  Sakit perut, pasti kita semua pernah merasakan. Sakit perut juga menjadi sebab beberapa tersangka tidak bisa hadir pemeriksaan penyidik. Sakit perut juga bisa menjadi alasan utama untuk seseorang tidak masuk bekerja.

Sakit perut yang mau saya sampaikan di sini adalah sakit perut yang memang setelah dievaluasi tidak ditemukan kelainan organ. Sakit perut dengan dasar fungsional ini dikelompokkan menjadi penyakit Irritable Bowel Syndrome (IBS). Kita pernah mendengar komentar salah satu teman kita yang bilang bahwa dia menjadi "sakit perut" melihat tingkah laku anak buahnya.

Sakit perut bisa saja benar-benar terjadi karena stres melihat tingkah laku anak buahnya. Sakit perut yang kita sebut IBS ini ternyata banyak pencetusnya. Makanan bisa menjadi faktor utama sebagai pencetus IBS tersebut. Makanan pedas dan merangsang, makanan yang berlemak, alkohol bisa menjadi pencetus IBS tersebut.

Selain itu, yang menarik sebagian sakit perut berhubungan dengan makan, yakni karena makan kebanyakan atau karena makan terlambat. Umumnya, sakit perut yang ditimbulkan lebih nyaman setelah buang angin (flatus), setelah sendawa atau setelah BAB. Komposisi kuman di dalam usus juga berpengaruh untuk mencetuskan terjadinya IBS.

Oleh karena itu, kita juga harus selalu menjaga keseimbangan bakteri di dalam usus. Tidak sembarangan mengonsumsi antibiotika. Selain itu, mengonsumsi probiotik rutin misal dengan minum yogurt atau probiotik rutin memperbaiki IBS.

Dalam praktik, saya sudah rutin memberikan probiotik kepada pasien-pasien saya yang memang mempunyai masalah perut karena IBS. Berbagai penelitian diluar negeri menunjukkan bahwa probiotik dengan strain khusus efektif mengatasi IBS. Bahkan, berdasarkan penelitian yang kami lakukan di beberapa rumah sakit di Jakarta, ternyata probiotik dengan strain khusus dapat memperpendek terjadinya diare.

Selain itu yang juga perlu diketahui bahwa IBS bisa berhubungan dengan riwayat infeksi usus sebelumnya. Salah satu penelitian di luar negeri mendapatkan bahwa anak-anak yang terkena infeksi Salmonela (Tifus) akan mengalami IBS saat dewasa. Hipersensitif merupakan penyebab utama seseorang yang mengalami IBS. Kakak beradik bisa saja berbeda dalam mengalami IBS walau lingkungan dan faktor makanannya lebih kurang sama. Tetapi bisa saja yang satu lebih sensitif dari pada yang lain.

Akhirnya, beberapa hal agar kita terhindar dari IBS antara lain: kendalikan stres, hidup apa adanya, makan yang teratur, hindari makanan yang berlemak dan makanan pedas serta merangsang, jika terjadi infeksi usus harus diobati dengan tuntas. Mudah-mudahan kita dapat mengenali IBS dan terhindar dari IBS.

Salam sehat

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com