Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lelaki Berisiko Tinggi Menjadi Sasaran Utama

Kompas.com - 01/03/2013, 02:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Lelaki berisiko tinggi masih jadi kunci penyebaran infeksi HIV/AIDS. Prevalensi HIV pada lelaki berisiko tinggi meningkat tujuh kali lipat (700 persen) dari 0,1 tahun 2007 menjadi 0,7 tahun 2012. Mereka menjadi sasaran utama program pencegahan HIV lewat transmisi seksual.

Deputi Program Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Fonny J Silfanus saat temu wartawan, Kamis (28/2), di Jakarta, mengatakan, peningkatan prevalensi HIV pada lelaki berisiko tinggi (LBT) sesuai/konsisten dengan masih rendahnya angka penggunaan kondom pada LBT.

Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2011 menunjukkan, LBT yang selalu menggunakan kondom hanya 3 persen. Sebagian besar LBT adalah usia produktif yang bekerja jauh dari keluarga, seperti pekerja perkebunan, pertambangan, konstruksi, sopir truk antarkota, dan anak buah kapal.

Mereka cenderung melakukan seks berisiko/perilaku berisiko lain, seperti mengonsumsi minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

Data Kementerian Kesehatan 2012, populasi rawan tertular HIV di antaranya 6,7 juta laki-laki membeli seks. Sebanyak 4,9 juta perempuan menikah dengan LBT. Akibatnya, penularan HIV melalui transmisi seksual meningkat, termasuk kepada ibu rumah tangga dan bayi.

Pencegahan HIV lewat transmisi seksual, lanjut Fonny, kini menyasar LBT yang berpotensi jadi pelanggan pekerja seks.

Yuliana W Simarmata, perwakilan dari Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA), mengatakan, HIV/AIDS merupakan isu tenaga kerja dan isu bisnis. Mayoritas ODHA (orang dengan HIV/AIDS) berusia 15-59 tahun. ”Lebih dari 80 persen ODHA bekerja di perusahaan,” ujarnya. Tempat kerja jadi ”pintu vital” penyediaan edukasi, perawatan, pengobatan, dan aksi anti- diskriminasi. (K08)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com