Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Herbal untuk HIV?

Kompas.com - 24/02/2013, 05:06 WIB

OLEH DR SAMSURIDJAL DJAUZI

Saya berusia 32 tahun, sudah mengonsumsi obat antiretroviral sejak tujuh tahun yang lalu. Saya beristri dan punya anak perempuan berumur dua tahun. Anak kami tumbuh dengan baik.

Saya bekerja di perusahaan swasta. Saya diketahui menderita infeksi HIV dan dirawat di rumah sakit selama satu bulan karena telah terkena infeksi oportunistik tujuh tahun lalu. Infeksi tersebut dapat diatasi dan saya berobat jalan dengan minum obat ARV (antiretroviral) secara teratur. Istri saya tidak terinfeksi HIV. Sekarang saya hanya berkonsultasi dua bulan sekali kepada dokter karena virus dalam darah saya sudah tidak terdeteksi dan CD4 saya lebih dari 500.

Banyak sekali tawaran obat baru, termasuk obat herbal untuk penyembuhan HIV. Saya memang lebih percaya kepada dokter dan terus minum obat ARV secara teratur. Namun, terus terang ada rasa bosan dan ingin berhenti minum obat. Saya ingin mencoba berhenti minum obat ARV dan menggantinya dengan obat herbal. Jika berhasil, saya teruskan minum obat herbal. Namun, jika virus ada lagi dalam tubuh saya, saya akan minum obat ARV kembali. Apakah rencana tersebut berbahaya buat kesehatan saya?

Para pakar AIDS dan pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menjalani tes HIV karena HIV telah masuk ke rumah tangga. Mereka yang tidak berperilaku berisiko juga bisa terinfeksi, seperti ibu rumah tangga. Jika banyak orang yang terdeteksi HIV, apakah pemerintah siap menyediakan obat ARV dan apakah nanti obat ARV tidak akan kurang? Di mana saja nanti disediakan tes HIV? Apakah bisa di semua rumah sakit dan apakah masih harus pakai konseling seperti saat saya menjalani tes tujuh tahun yang lalu. Terima kasih atas penjelasan dokter.

J di J

Mereka yang telah terinfeksi diharapkan dapat memanfaatkan obat ARV yang terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko kematian serta mengurangi keperluan masuk rumah sakit. Bahkan, obat ARV juga dapat mengurangi risiko penularan HIV. Perilaku yang sehat diharapkan dapat mencegah infeksi baru dan obat ARV diharapkan dapat memulihkan kesehatan mereka yang telah terinfeksi. Tahun ini pemerintah menganggarkan sekitar Rp 120 miliar untuk obat ARV dan infeksi oportunistik. Jumlah yang cukup besar mengingat kemampuan keuangan negara kita yang masih terbatas.

Namun, program obat ARV bersubsidi penuh ini mendukung keberhasilan menurunkan angka kematian akibat HIV di negeri kita. Jika semula angka kematian di masyarakat dapat mencapai 42 persen, dewasa ini angka kematian akibat HIV dapat ditekan menjadi di bawah 5 persen. Angka kematian ini masih dapat ditekan lagi sekiranya HIV ditemukan dini dan orang yang terinfeksi cepat minum ARV.

Badan kesehatan sedunia mengharapkan tidak ada lagi kematian yang berkaitan dengan HIV. Jadi memang tugas utama kita adalah menyebarluaskan informasi tentang bahaya dan cara penularan HIV agar masyarakat terlindung dari penularan. Namun juga sekaligus mengajak masyarakat untuk tes HIV dalam rangka penemuan dini infeksi HIV.

Dewasa ini jumlah orang yang mengonsumsi ARV secara teratur di Indonesia hampir 30.000 orang. Padahal, menurut perkiraan, jumlah orang yang terinfeksi HIV di negeri kita mencapai 300.000 orang. Jadi masih banyak sekali saudara-saudara kita yang tidak tahu kalau dia telah terinfeksi HIV. Infeksi baru diketahui jika telah dilakukan tes HIV.

Sekarang hampir semua rumah sakit dan laboratorium dapat melaksanakan tes HIV. Konseling dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman orang akan tes agar siap untuk menghadapi hasil tes baik positif maupun negatif. Namun, sekarang tersedia pendekatan tambahan, yaitu petugas kesehatan mengajak masyarakat untuk tes HIV, agar kita dapat menemukan mereka yang terinfeksi, mengobatinya dengan ARV, dan mencegah penularan lebih lanjut.

Obat ARV mulai digunakan tahun 1996 dan di Indonesia program obat ARV dimulai oleh pemerintah tahun 2005. Sampai sekarang pemerintah mempunyai komitmen kuat untuk terus menyediakan obat ini untuk menyelamatkan nyawa mereka yang terinfeksi dan mengurangi penularan.

Biaya yang disediakan untuk obat ARV merupakan investasi kesehatan yang menguntungkan karena dapat mencegah pengeluaran biaya perawatan di rumah sakit yang amat mahal. Namun, yang paling penting lagi adalah dapat menyelamatkan nyawa saudara-saudara kita yang tentu tidak dapat dinilai dengan uang.

Karena itu, kita optimistis program obat ARV akan terus ditingkatkan sesuai kebutuhan. Cukup banyak dari mereka yang minum ARV merasa bosan. Ini wajar, tetapi Anda tentu memahami pentingnya minum obat ARV secara teratur. Jika obat dihentikan, virus yang jumlahnya amat sedikit yang masih ada di darah dan kelenjar getah bening akan berkembang biak kembali dan jumlahnya dapat menjadi banyak seperti sebelum minum obat. Jadi, janganlah menghentikan minum obat ARV.

Herbal

Obat herbal posisinya bukan untuk menghentikan berkembang biaknya virus, melainkan sebagai obat tambahan, misalnya meningkatkan nafsu makan. Risiko jika Anda menghentikan obat ARV dan kemudian minum kembali setelah virus berkembang biak seperti semula adalah timbulnya resistensi sehingga obat ARV tidak mempan lagi menghentikan berkembang biaknya HIV.

Penelitian untuk membersihkan virus dari tubuh dengan obat ARV yang lebih baru atau menggunakan vaksin terapi masih berjalan terus. Meski penelitian telah lama dilakukan, sampai saat ini orang dengan HIV masih harus minum ARV secara teratur. Banyak harapan yang digantungkan pada kemajuan penelitian baik obat ARV baru atau cara terapi baru infeksi HIV. Kita tunggu dan kita doakan era penyembuhan HIV akan segera datang.

Sementara itu, orang dengan HIV/AIDS hendaknya tetap tekun minum obat sehingga jika era tersebut tiba, mereka akan dapat menikmatinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com