Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lepas dari Induknya, Bayi Orangutan Ditemukan Dehidrasi

Kompas.com - 21/02/2013, 15:58 WIB
Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com -- Seekor bayi Orangutan Sumatera (pongo abelii) disita dari sebuah kandang milik seorang mantri kesehatan yang memeliharanya secara ilegal, di kompleks Afdeling II perkebunan PT Socfindo, Sidojadi, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh.

Saat diambil dari kandang, kondisi bayi orangutan yang berjenis kelamin jantan ini terlihat sangat lemah dan dehidrasi. Dokter hewan dari tim Program Konservasi Orangutan Sumatera (Orangutan Conservation Programme /SOCP), Ikhsani Surya Hidayat, mengatakan bayi orangutan yang baru berusia setahun itu berada dalam kondisi yang sangat lemah karena kurang gizi dan dehidrasi.

"Namun demikian, sesaat setelah kita ambil, kami sudah memberi orangutan tersebut minum susu dengan takaran yang cukup. Jadi, dia kemungkinan dapat bertahan hidup," kata Ikhsani, Kamis (21/2/2013).

Direktur SOCP, Ian Singleton mengatakan, bayi orangutan tersebut ditangkap sejumlah nelayan bersama induknya yang terisolasi di atas sebatang pohon di daerah areal perkebunan kelapa sawit PT Surya Panen Subur 2 di Desa Suak Puntung, kawasan pinggiran lahan gambut Rawa Tripa pada 26 Januari 2013.

Menurutnya, para nelayan itu melihat seekor orangutan betina dewasa yang membawa seekor bayi berada di atas sebatang pohon. Mereka kemudian menangkapnya dengan terlebih dulu menyeberang kanal drainase yang dalam dan lebar, selanjutnya memanjat pohon itu.

"Mereka memutuskan untuk mencoba menangkap bayi orangutan itu dengan perkiraan bahwa mereka mungkin dapat menjualnya," ujar Ian.

Induk orangutan itu mulai tertekan dan panik, untuk kabur sulit karena letak pohon tempat dia bergelantungan dengan pohon lain agak berjauhan. Dia jatuh ke tanah dan langsung dipukul oleh para nelayan. Untuk menyelamatkan bayinya, dia melarikan diri dengan memanjat pohon lain. Saat itulah sang induk terpisah dengan bayinya. Mereka kemudian membawa pulang bayi itu, sementara induknya hanya menatap pasrah dari atas pohon.

"Laporan lapangan menunjukkan para nelayan tidak punya keinginan untuk membunuh induk orangutan, mereka hanya melihat kesempatan untuk memperoleh bayi dan kemungkinan mendapat keuntungan dari itu," jelas Ian.

Pun demikian, kata dia, biasanya induk orangutan sering dibunuh karena ngotot mempertahankan bayinya. Tetapi dalam kasus ini laporan menunjukkan, induk orangutan tersebut lolos dan berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat lebih tinggi dan melarikan diri setelah dia menyadari tidak ada cara untuk mendapatkan bayinya kembali.

Akhirnya, tambah Ian, para nelayan ini kemudian menjual bayi orangutan itu kepada seorang mantri yang tinggal di kompleks perumahan Abdeling II PT Socfindo di Sidojadi seharga Rp100 ribu.

"Bayi orangutan tersebut terlihat orang ketika pintu kandang sedang terbuka pada saat memandikan," ujarnya.

Ia menyatakan, dengan menyita bayi orangutan ini maka hewan primata ini memiliki kesempatan kedua untuk hidup lama di alam liar. "Yang satu ini mudah-mudahan akhirnya akan dikembalikan ke alam liar di hutan yang lebih aman di bagian paling utara Aceh. sedangkan untuk induknya, diperkirakan akan sulit bertahan lama lagi di habitatnya, karena kondisi rawa gambut Tripa yang menjadi alamnya selama ini terancam dengan maraknya pembukaan kebun sawit," bebernya.

Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Amon Zamora menambahkan, orang yang membunuh, menangkap, memperdagangkan atau menjadikan orangutan sebagai hewan piaraan adalah perbuatan melanggar undang-undang, bisa dihukum lima tahun penjara dan denda Rp100 juta.

"Kita harus menghindari kepunahan orangutan Sumatera karena populasinya sekarang sangat sedikit. Anak dan cucu kita juga harus memiliki kesempatan untuk melihat orangutan di alam," katanya.

Bayi orangutan yang tiba di karantina SOCP pada Rabu 20 Februari 2013, kemarin itu, kemudian diberi nama Gokong Puntung. SOCP sampai kini telah mengembalikan 180 ekor orangutan hasil sitaan dan pemindahan lokasi ke alam liar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com