Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Petambang Terjebak

Kompas.com - 13/02/2013, 02:47 WIB

Sleman, KOMPAS - Hujan di kawasan puncak Gunung Merapi sejak Selasa (12/2) siang hingga malam mengakibatkan banjir lahar dingin di Kali Gendol, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Lima petambang pasir di sungai itu terjebak banjir lahar, dan seorang di antaranya tak terselamatkan.

Menurut Komandan Operasi SAR DI Yogyakarta Ferry Ardiyanto, saat banjir lahar dingin (lahar hujan) mulai turun, lima petambang pasir itu masih berada di Kali Gendol. ”Saat banjir datang, petambang pasir masih beraktivitas. Sebagian dapat menyelamatkan diri, tetapi lima di antaranya terjebak,” ujarnya, Selasa (12/2), di Sleman.

Empat petambang terjebak lahar hujan di Kali Gendol sebelah timur Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Mereka bisa dievakuasi dengan memakai tali tambang meskipun seorang di antaranya harus dilarikan ke Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem, karena luka-luka.

Relawan juga menemukan sesosok mayat pria di Kali Gendol, Dusun Suruh, Desa Argomulyo, Cangkringan. Jenazah pria yang belum diketahui identitasnya itu dipastikan juga seorang petambang pasir. Korban tewas langsung dilarikan ke Rumah Sakit Dr Sardjito untuk divisum.

Banjir lahar hujan di Kali Gendol juga menimbun enam truk dan satu backhoe. Hingga Selasa malam relawan masih melakukan evakuasi di Kali Gendol.

Walaupun dilanda hujan deras sejak siang, aktivitas Gunung Merapi masih normal. Asap putih yang sempat membubung tinggi diyakini hanyalah uap air yang muncul karena terkena hujan.

Dari Jawa Tengah dilaporkan, hingga Selasa, Tasrip (60), petani dari Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, yang terhanyut di Sungai Wulan, belum ditemukan. Tasrip hanyut Senin lalu. Pencarian terhalang tingginya debit air sungai.

Banjir bandang

Di Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, dilaporkan puluhan rumah rusak dan puluhan ternak hilang terseret banjir bandang yang melanda Kecamatan Pendopo. Banjir bandang selama dua jam itu juga memutus empat jembatan.

Banjir bandang terjadi Senin, menerjang tiga desa, yaitu Nanjungan, Lubuklayang, dan Tanjungraman. Kecepatan air yang tinggi membuat sejumlah pohon kelapa yang dilaluinya hanyut dan menghantam bangunan.

Sekretaris Kecamatan Pendopo Junaidi, Selasa, mengatakan, banjir terjadi akibat luapan Sungai Aek Deras yang di beberapa titik mencapai ketinggian 6 meter. ”Air sangat deras sehingga menghancurkan semua yang dilalui,” katanya. Air bah menghanyutkan 40 sapi, empat ekor di antaranya ditemukan mati. Sekitar 60 rumah rusak dan empat jembatan putus.

Jembatan yang putus diterjang banjir bandang terdiri atas tiga jembatan gantung di Desa Tanjungraman dan sebuah jembatan besi di Desa Nanjungan. Jembatan itu terhanyut. Akibat putusnya jembatan, warga khawatir akan kesulitan mengangkut hasil panenannya.

”Kami biasanya memakai ojek untuk membawa panen. Namun, karena jembatan putus, mungkin nanti harus dipikul sehingga akan lambat,” kata warga Nanjungan, Dorian (25). Kerusakan akibat banjir bandang di Empat Lawang itu masih didata. Bantuan Pemerintah Provinsi Sumsel juga telah tiba.

Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, wilayah lima kecamatan sejak Senin dilanda banjir. Hingga Selasa, air bah yang merendam rumah warga di sejumlah titik masih sedalam 2 meter.

Banjir terjadi akibat Sungai Cikapundung meluap, setelah hujan deras terjadi di daerah hulu di Kecamatan Kertasari. Banjir melanda Kecamatan Ciparay, Cangkuang, Banjaran, Baleendah, dan Dayeuhkolot.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar mencatat, sekitar 1.110 keluarga masih mengungsi akibat banjir. Kepala BPBD Jabar Udjwalaprana Sigit mengatakan, dari lima kecamatan itu, yang masih terendam banjir sampai Selasa malam adalah Baleendah dan Dayeuhkolot. Di kedua kecamatan itulah paling banyak warga yang mengungsi.(abk/ire/mhf/nik/ron/hen)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com