Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/01/2013, 05:59 WIB

Gangguan karena debu termasuk reaksi cepat biasanya tidak berlangsung lama, begitu paparan debu tersebut hilang maka dalam beberapa saat keluhan tersebut akan menghilang. Bila gangguan tersebut berlangsung lama bisa dipastikan adalah reaksi lambat, keadaan seperti inilah tampaknya alergi makanan seringkali dapat dicurigai. Penyebab dan pemicu alergi yang sering adalah infeksi virus atau flu hal ini sering tidak disadari penderita alergi.

4. ADHD.

Banyak kasus anak tidak bisa diam, gangguan konsentrasi dan gangguan emosi divonis sebagai ADHD padahal bukan. Banyak anak normal juga mempunyai menifestai tidak bisa diam, gangguan konsentrasi dan gangguan emosimeski dalam bentuk yang tidak berat. Kondisi normal ini sering terjadi pada penderita alergi dengan gangguan salran cerna. ADHD adalah wrong diagnosis terbesar di Amerika Serikat.

5. Demam tifus.

Seringkali seseorang didiagnosis tifus sampai lebih dari 2-4 kali dalam setahun padahal tidak menderita penyakit tersebut. Kesalahan diagnosis tifus seringkali terjadi karena spesifitas hasil pemeriksaan laboratorium darah widal atau pemeriksaan IgG dan IgM tifus tidaklah baik. Sering terjadi false positf pada infeksi virus atau DBD. Makanya seringkali terjadi penderita DBD divonis juga sebagai tifus karena hasil laboratorium tifus positif padahal tidak mengidap tifus. Reaksi false positif hasil laboratorium tifus ini seringkali terjadi pada penderita alergi atau hipersenitif karena reaksi antibodinya sangat reaktif sering mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium.

6. Tuberkulosis.

Diagnosis pasti TB anak sulit oleh karena penemuan Micobacterium TBC (M.TBC) sebagai penyebab TB pada anak tidak mudah. Sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis dalam penegakkan diagnosis TB pada anak. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah pemberian multidrug (2 atau 3 jenis antibiotika) dalam jangka waktu 6 bulan. Pemberian obat anti TB pada anak yang tidak menderita TB selain mengakibatkan pengeluaran biaya yang tidak diperlukan, juga risiko efek samping pemberian obat tersebut seperti gangguan hati, persarafan telinga, gangguan darah dan sebagainya.

Di kalangan masyarakat bahkan sebagian klinisi terdapat kecenderungan tanda dan gejala TB yang tidak spesifik pada anak sering dipakai dasar untuk memberikan pengobatan TB pada anak. Padahal banyak penyakit lainnya yang mempunyai gejala tersebut. Gagal tumbuh atau berat badan tidak naik, kesulitan makan, demam berulang, sering batuk atau pembesaran kelenjar yang kecil di sekitar leher dan belakang kepala merupakan gejala yang tidak spesifik pada anak. Tetapi tampaknya dalam praktik sehari-hari gangguan ini sering langsung dicurigai sebagai gejala TB.

Seharusnya gejala tersebut dapat disebabkan oleh beberapa penyakit lainnya. Gangguan-gangguan tersebut juga sering dialami oleh penderita alergi, asma, gangguan saluran cerna dan gangguan lainnya pada anak. Tanda dan gejala TB yang tidak spesifik sangat mirip dengan penyakit lainnya. Gangguan gagal tumbuh dan gangguan saluran napas non spesifik sering mengalami overdiagnosis tuberkulosis. Penyakit alergi atau asma dan penderita gagal tumbuh yang disertai kesulitan makan paling sering dianggap penyakit TB karena gejalanya sama. 

7. Alergi dingin.

Gejala bersin, batuk, pilek berkepanjangan sering didiagnosis sebagai alergi dingin. Sebenarnya dingin hanyalah sekedar pencetus atau memperberat bukan penyebab. Artinya bila penyebab alergi lainnya tidak ada maka meski dingin tidak akan menimbulkan keluhan. Dingin atau AC sering juga dianggap biang keladi penyebabnya. Tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar karena banyak penderita alergi batuk saat tidur siang dengan AC yang sangat dingin tidak timbul gejala batuk tersebut. Hingga saat ini masih belum diketahui mengapa gejala alergi atau asma sering timbul saat malam hari. Diduga peranan hormonal sirkadial yang mengakibatkan fenomena gejala saat malam dan pagi hari lebih sering terjadi. Demkikian juga bila dicermati penderita yang divonis alergi dingin suatu saat tinggal.beberapa lama di lembang yang sangat dingin bahkan tinggal di Eropa selama beberapa bulan saat musim dingin keluhan pilek dan batukjustru sembuh.

8. Pnemoni.

Penderita asma atau hipersnsitif bronkus atau hipersensitif saluran napas sering didiagnosis sebagai infeksi parau-paru atau pnemoni padahal hanyalah sekedar infeksi saluran napas akut biasa. Hal ini terjadi karena kesalahan interpretasi dalam pembacaan foto rontgen. Pada penderita alergi saluran napas dan asma sering menampkkan bercak-bercak mirip infkesi paru pnemoni padahal bukan. Infiltrat atau bercak pada rontgen infeksi paru biasa halus sedangakan pada penderita asma lebih kasar, Meski berbeda kedua hal ini sering dikelirukan oleh dokter radiologipun. Sehingga dokter yang merawat akan secara otomatis mengikuti hasil bacaan robtgen itu padahal manifestasi klinisnya tidak sesuai dengan pnemoni seperti tidak ada tanda ronki basah halus dan tidak sesak.

9. Usus buntu.

Keluhan nyeri perut yang hebat sering didiagnosis usus buntu padahal nyeri perut juga bisa terjadi pada berbagai kasus. Kadang overdiagnosis usus buntu sering terjadi karena gejala yang terjadi hampir sama kualitas nyeri dan lokasinya dengan gangguan lainnya. Kesalahan diagnosis usu buntu sering terjadi pada penderita alergi atau asma yang sebelumnya mempunyai riwayat kolik saat bayi, sering rewel saat usia di bawah usia 3 bulan atau nyeri perut berulang.

10. Hirschprung Disease.

Beberapa kasus penderita sulit buang air besar pada bayi sering mengalami overdiagnosis sebagai penyakit hirschprung. Penyakit hirschprung adalah gangguan sulit buang air besar yang disebabkan karena tidak adanya ganglion atau persarafan usus besar di daerah sekitar anus. Gangguan ini harus dipastikan dengan biopsi dan harus dilakukan operasi untuk menghilangkan sebagian usus.

Beberapa penderita divonis sebagai penyakit hirschprung karena berdasarkan pemeriksaan foto barium dan harus melakukan operasi. Sebelum operasi dilalkukan second opinion ke dokter lainnya dan dilakukan eliminasi beberapa makanan penyebab alergi ternyata gangguan kesulitan buang air besar tersebut tersebut dapat membaik tanpa operasi. Gangguan sulit buang air besar banyak faktor penyebabnya salah satunya sering berkaitan dengan gangguan alergi makanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com