Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Sensor Deteksi Paras Laut Lebih Akurat

Kompas.com - 31/12/2012, 15:19 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah kejadian gempa dengan magnitud di atas 5 pada tahun 2012 sebanyak 230 kejadian. Mayoritas terjadi di wilayah Papua-Maluku dengan kejadian gempa terbesar di Aceh pada 11 April 2012.

Widjo Kongko, Koordinator Tsunami Research Group (TRG) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam surat elektronik kepada Kompas.com, Minggu (30/12/2012), mengatakan, kecenderungan prosentase tak berubah, hanya lokasi, magnitud dan waktu yang belum bisa dipastikan.

Terkait dengan hal tersebut, Widjo menuturkan perlunya program mitigasi secepatnya di daerah rawan bencana. Ia menuturkan perlunya sensor deteksi dini paras laut yang lebih akurat dan upaya pemetaaan yang lebih detail.

Sensor deteksi dini paras laut diperlukan sebab saat ini, informasi mekanisme gempa baru diperoleh kira-kira 15 menit setelah gempa. Dengan demikian, ilmuwan kehilangan kesempatan emas untuk memprediksi apakah gempa berpotensi tsunami atau tidak.

"Gempa kembar 11 April 2012 lalu, sinyal paras lautnya baru diterima sekitar 50 menit setelah kejadian, ini sangat terlambat, kita perlu menambah sensor deteksi dini tsunami sehingga jaringannya lebih rapat," papar Widjo.

Widjo mengungkapkan, BPPT kini tengah mengembangkan tsunameter berbasis kabel sehingga lebih aman dari pencurian. Namun demikian, anggaran yang tersedia untuk pengembangan masih terbatas sehingga perlu ditambah.

Widjo juga menambahkan, kajian sumber gempa dan tsunami perlu dilakukan untuk membantu menyusun peta bencana gempa dan tsunami. Untuk mendukungnya, diperlukan dara Light Radar beresolusi 5 meter.

"Disamping itu perlunya dimasukan karakteristik gempa lambat untuk sumber tsunami dengan skenario jamak. Dengan begitu peta landaan tsunami yang dihasilkan melalui model akan lebih akurat”, katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com