Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Romantisisme Gemah Ripah Loh Jinawi

Kompas.com - 31/12/2012, 02:58 WIB

Hujan deras yang mengguyur tanah Majapahit, sepanjang Rabu (26/12) sore hingga malam, tidak menyurutkan warga untuk menyaksikan pertunjukan drama tari berjudul ”Tribhuwana Tunggadewi Menggugat”. Drama tari itu disajikan komunitas industri kreatif kawula muda yang tergabung dalam Mojopahit Creative Centre (Omah Kayu), Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Pertunjukan seni drama tari mengambil cerita sejarah klasik semasa Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Ratu Tribhuwana Tunggadewi, yang konon berparas cantik dengan sosoknya yang tegas, tetapi keibuan nan lembut. Hal itu setidaknya membersitkan bahwa bangsa ini pada masa lampau memiliki sosok perempuan sekaligus ibu yang bertakhta, yang disegani dan dihormati, karena kepemimpinannya yang berwibawa.

Bahkan, semasa kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi, sektor pertanian di Majapahit berkembang dan maju pesat sehingga mampu menyejahterakan rakyatnya. Tribhuwana pun dikenal pula sebagai seorang ratu yang ahli bidang pertanian.

Drama tari ”Tribhuwana Tunggadewi Menggugat” disutradarai oleh Yongki Danang P dengan penata tari Agus Eko. Pergelaran ini layak diapresiasi sekalipun dalam penggarapan tata lampu dan tata artistik masih terkesan seadanya.

Pendapa Agung, Trowulan, Mojokerto, yang menjadi tempat pertunjukan disulap menjadi panggung. Tata panggung terasa dekat dengan nuansa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pasalnya, hiasan panggung warna putih berbalut warna merah mengindikasikan kesan kuat atas semangat merah putih yang selayaknya terus dijaga dan dipelihara untuk kejayaan bangsa dan negara Indonesia dalam merengkuh kembali bumi Nusantara yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem lan rahardjo (subur, makmur, ayem tenteram, dan sejahtera).

”Fenomena kekerasan yang makin merebak terhadap kaum perempuan yang terjadi sekarang ini mendorong kami untuk mengangkat figur Tribhuwana Tunggadewi sebagai perempuan dan seorang ibu yang mampu menjadi pemimpin untuk keluarganya dan rakyatnya,” tutur Penanggung Jawab Program Pertunjukan Seni Drama Tari ”Tribhuwana Tunggadewi Menggugat” Peny Agustini.

Ia mengatakan, konsep pementasan drama tari itu bermaksud menampilkan tokoh semasa kerajaan Majapahit. Setiap figur memiliki peran kuat untuk memajukan rakyat dan bangsanya di bumi Nusantara.

Misalnya, Ganesha dikenal sebagai tokoh pendidik. Dengan demikian, agar sosoknya kembli dikenang oleh anak-anak generasi bangsa sebagai inspirasi membangun bangsa dan negerinya.

”Pementasan drama tari Tribhuwana Tunggadewi ini langkah awal sekaligus pembuka Festival Seni dan Budaya Majapahit yang akan kami gelar sepanjang tahun 2013,” kata Peny.

Ketua Komunitas Mojopahit Creative Centre Trowulan, Mojokerto, Nanang Moeny mengatakan, pementasan drama tari itu juga dalam rangka memperingati Hari Ibu. Selain kehendak dari Komunitas Industri Kreatif Kawula Muda Majapahit untuk memberikan sumbangsih kepada bangsa dan negara, melalui karya seni, termasuk hasil industri kreatifnya untuk menopang pertumbuhan ekonomi kreatif di tanah Majapahit dan Indonesia.

”Dalam pementasan drama tari ini, kami melibatkan pelajar dan mahasiswa, dengan harapan mereka peduli terhadap sejarah dan kebudayaan Majapahit,” ujar Nanang.

Padamu negeri

Pertunjukan drama tari ”Tribhuwana Tunggadewi Menggugat” menelan biaya produksi Rp 35 juta. Dana itu diperoleh dari sumbangan donatur dan partisipan dan boleh dibilang adalah langkah awal dari komunitas anak muda untuk berkpirah melalui karya seni dan budaya. Melalui jendela sejarah masa lampau sebagai inspirasi, sekaligus pemicu, mereka berusaha merengkuh kembali kejayaan negeri yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem lan rahardjo.

”Apa yang kami lakukan ini konsepnya padamu negeri, berbakti untuk negeri ini dengan apa yang bisa kami perbuat,” kata Nanang.

Membangkitkan kenangan tentang Majapahit melalui panggung seni pertunjukan boleh jadi sebuah romantisisme masa lampau. Mereka merindukan negeri yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem lan rahardjo yang pernah direngkuh bangsa ini kala Tribhuwana Tunggadewi bertakhta di bumi Nusantara.

Dari panggung pertunjukan drama tari itu, setidaknya anak negeri ini kembali dibangkitkan ingatannya atas sosok perempuan, ibu sekaligus pemimpin negara. Tribhuwana Tunggadewi juga menjadi perintis negara kesatuan Nusantara dengan mahapatihnya, Gajah Mada, hingga mencapai tatanan kehidupan yang baik.

”Jujur saja, saya tidak banyak tahu dan mengerti tentang Majapahit, tetapi setelah diminta memerankan sosok Tribhuwana Tunggadewi, saya akhirnya tahu kalau figur itu adalah seorang perempuan yang tegas, tetapi tidak garang,” kata Nila Ratna Mainingsih.

Keberanian komunitas Majapahit Creative Centre yang mengusung cerita sejarah Majapahit melalui seni pertunjukan drama tari selayaknya dibarengi studi mendalam atas tokoh yang hendak diapresiasikan sehingga lebih menarik untuk khalayak. (abdul lathif)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com