Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengatasi Tawuran Pelajar Tak Bisa Instan

Kompas.com - 24/11/2012, 03:36 WIB

Jakarta, Kompas - Penyelesaian tawuran tak bisa instan dengan deklarasi bersama. Perlu dikaji betul kekhasan persoalan sehingga pendekatannya cocok dengan kondisi tiap kasus.

Pada penelitian 1999-2001 soal tawuran, rasa permusuhan antarsekolah tetap ada. Hal itu mudah menyeret siswa ikut tawuran/menyerang sekolah lain.

Terdapat 150 program pencegahan tawuran, tetapi tak efektif. ”Sebab yang disasar individu, itu pun belum tentu orang bermasalah. Tawuran, kan, melibatkan perilaku kelompok,” ujar psikolog Universitas Indonesia, Winarini Wilman Mansoer, dalam lokakarya bertema ”Prahara Tawuran: Problem dan Solusi” yang digelar Pusat Studi Pancasila Universitas Pancasila di Jakarta, Kamis (22/11).

Sebenarnya ada tiga saran yang diajukan, yakni memutus rantai permusuhan antarsekolah; mengembangkan rasa bangga sekolah dengan prestasi positif, bukan tawuran; serta menjaga titik-titik rawan tawuran. Namun, tawaran ini tak diterapkan.

”Sekitar 30 persen sekolah ada sejarah permusuhan atau meniru permusuhan. Selebihnya bersih. Namun, sekarang meluas di daerah lain, bahkan ke jenjang SMP. Perempuan juga sudah ikut jadi korban,” kata Winarini.

Menurut Wina, soal tawuran kompleks dan melibatkan perilaku kelompok. Ada rasa tak aman pada anak-anak sehingga mereka terpaksa ikut tawuran. ”Kalau sampai membunuh, bila dilihat saksama, ada problem kepribadian, terutama latar belakang keluarganya,” kata dia.

Wina menuturkan, perlu ada kegiatan berbasis kelompok yang melibatkan siswa dari sekolah bermusuhan yang bermanfaat bagi mereka ataupun orang lain. ”Jangan sistem kompetisi, tetapi kebersamaan,” ujarnya.

Direktur Institut Integritas Indonesia Ray Akbar mengatakan, dalam melihat kasus tawuran, yang mesti diakui adalah lemahnya peran orangtua dalam pendidikan keluarga. Sayangnya, kelemahan itu tak mampu diambil sekolah dengan guru yang punya jiwa pendidik. (ELN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com